Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Salah satu ikon pusaka di Tulungagung, tombak Kyai Upas belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Hal ini disebabkan karena penelitian oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) belum bisa dilakukan.
Selama ini, pusaka Tombak Kyai Upas hanya boleh dikeluarkan dari tempat penyimpanannya saat prosesi jamasan sebagai tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali.
Koordinator BPCB Jatim Wilayah Tulungagung-Trenggalek, Hariyadi mengatakan berdasarkan data yang ada, Tulungagung memiliki sebanyak 417 benda peninggalan sejarah yang dikelola oleh BPCB Jawa Timur.
Dari jumlah 417 itu sudah ada beberapa yang dinyatakan sebagai cagar budaya. Disebutkannya antara lain ada delapan arca dwarapala pembatas kota, prasasti lawadan, 129 koleksi arkeolog, lima candi dan tiga gua.
“Selain itu masih ada sekitar 100 benda bersejarah yang dikelola oleh Pemkab Tulungagung,” kata Hriyadi kepada Bacaini.id, Selasa, 14 Juni 2022.
Hariyadi menjelaskan, sedangkan 100 benda bersejarah yang dikelola oleh Pemkab Tulungagung semuanya belum ditetapkan sebagai cagar budaya. Mirisnya, salah satunya adalah pusaka Tombak Kyai Upas yang merupakan bagian dari ikon pusaka di Tulungagung.
“Pusaka Tombak Kyai Upas itu, kepemilikanya sudah berada ditangan Pemkab Tulungagung. Setiap tahunnya, pusaka itu juga dilakukan jamasan, tapi sayangnya sampai saat ini belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya,” terangnya.
Menurut Hariyadi, alasan belum ditetapkannya Tombak Kyai Upas sebagai benda cagar budaya sangat klasik. Karena juru pelihara melarang untuk membawa keluar pusaka itu selain pada prosesi jamasan.
“Sedangkan dari TACB tidak bisa melakukan penelitian ketika proses jamasan, karena butuh waktu yang cukup lama. Maka dari itu, saya meminta kepada Pemkab Tulungagung untuk memperhatikan hal ini,” ungkapnya.
Hariyadi juga menambahkan bahwa Tulungagung memiliki benda bersejarah yang sangat lengkap. Mulai dari benda masa pra sejarah, peninggalan Hindu-Budha, peninggalan Islam hingga benda peninggalan kolonial.
“Yang paling tua adalah peninggalan pra sejarah yakni penemuan tengkorak wajakensis. Diperkirakan sudah ada sejak 890 Masehi dan baru ditemukan pada tahun 1888 oleh peneliti dari luar negeri,” imbuhnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira