KEDIRI – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kediri mengecam masih tingginya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di Kediri. Mereka mendesak pemerintah lebih pro aktif memberikan perlindungan yang konkrit.
Wakil Kepala Bidang Pergerakan Sarinah DPC GMNI Kediri Imelda Tri Meiliani mengatakan, angka kekerasan seksual yang terjadi di Kediri tergolong tinggi. Survei yang dilakukan GMNI kepada perempuan di Kediri dengan rentang usia 14-32 tahun memberikan hasil mengejutkan. “Lebih dari 70 orang mengaku pernah mengalami kekerasan seksual,” kata Imelda kepada Bacaini.id, Rabu 21 Oktober 2020.
Menurut Imelda, bentuk kekerasan seksual tersebut beragam. Mulai dari godaan verbal di jalan atau catcalling, kontak fisik seperti peremasan payudara atau bagian sensitif lainnya, hingga pemerkosaan.
Hasil kajian GMNI menyebutkan beberapa hal yang menjadi pemicu tindakan kekerasan seksual ini. Mulai dari lingkungan yang tidak aman, minimnya sosialisasi tentang pendidikan seks, hingga sikap korban yang tidak berani mengungkapkan atau speak up.
Kondisi inilah yang mendorong aktivis perempuan GMNI mendatangi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Kediri, Selasa 20 Oktober 2020. Mereka mendesak pemerintah lebih pro aktif melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan di Kediri.
Dalam audiensi yang dilakukan Imelda bersama rekannya Lailatul Muharramah, mereka membeberkan hasil survei kepada P2TP2A Kabupaten Kediri. Langkah ini menjadi upaya konkrit GMNI dalam memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada 25 November sampai 10 Desember 2020 mendatang. “Kami mendesak P2TP2A untuk pro aktif terhadap isu ini, dan memberi perlindungan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual,” tandas Imelda.
Kedatangan dua aktivis perempuan itu mendapat apresiasi P2TP2A Kabupeten Kediri. Mereka mengajak organisasi dan komunitas lain melakukan hal sama dalam menekan angka kekerasan seksual kepada perempuan.
“Sebelum covid-19, kami memiliki banyak progam yang menyasar perempuan dan anak. Program itu terhambat karena biasanya kami mendatangi sekolah untuk kampanye,” kata Destina, perwakilan P2TP2A Kabupeten Kediri yang menerima mereka.
Destina berharap lebih banyak pihak yang peduli terhadap kasus perempuan, seperti GMNI, untuk bersama-sama menekan angka kekerasan seksual pada perempuan di Kediri. (HTW)