KEDIRI – Wafatnya pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes Kedunglo, KH Abdul Latif Madjid, Senin 23 November 2020 tak menghentikan kepemimpinan pondok ini. Sebelum wafat, Gus Latif memberikan beberapa wasiat, salah satunya menunjuk putranya untuk menjadi penerusnya ketika wafat.
Ketua Departemen Urusan Wilayah Perjuangan Wahidiyah, Aminudin mengatakan, sejak masa pandemi Covid 19, kedekatan Gus Latif dengan pengurus lembaga dan para jamaah makin intens. Kemarin pagi, Aminudin masih sempat dipanggil oleh Gus Latif untuk membicarakan masa depan Wahidiyah.
Gus Latif juga membahas mengenai persiapan penerusnya ketika dia wafat nanti. Menurut almarhum, ketika nanti wafat, dia menunjuk putranya Agus Abdul Madjid Ali Fikri sebagai penerusnya. “Saya kaget, beliau mengatakan usianya sudah banyak, dan beliau bilang semua ilmunya akan diteruskan dan ditransfer sekalipun beliau wafat,” kenang Aminudin kepada Bacaini.id.
Aminudin juga megatakan bahwa untuk perjuangan ke depan Jami Al Alamin, Gus Latif juga memberi amanat kepadanya untuk mengembangkan kelembagaan baik dari dalam ataupun luar negeri.
Saat ini sudah terbentuk 17 negara yang menghendaki kehadiran Gus Latif ke sana, tetapi terkendala pandemi. Selain itu aset perjuangan Wahidiyah juga sudah ditata, bahkan selama tujuh bulan terakhir Gus Latif sudah membicarakannya dengan Aminudin.
Kini Gus Latif telah tiada. Jasadnya disemayamkan di kompleks pemakaman keluarga di area pondok pesantren. Hal itu juga sesuai dengan keinginan Gus Latif sebelum wafat. “Sekitar 200 meter dari pondok pesantren,” kata Aminudin.
Aminudin menghimbau bagi jemaah yang akan datang dari luar kota untuk tidak memaksakan diri jika memang tidak diperbolehkan untuk datang. “Ini semua kaitannya dengan protokol kesehatan ketat dari pemerintah, dan itu harus dipatuhi,” tambahnya.
Hal itu juga disampaikan Aminudin sesuai pesan dari Gus Latif, bahwa lembaga Wahidiyah adalah lembaga yang sangat taslim kepada pemerintah. “Jangan sampai melanggar peraturan pemerintah,” tutup Aminudin.
KH Abdul Latif Madjid wafat di usia 68 tahun. Almarhum meninggalkan tiga putra dan satu putri.
Tak hanya keluarga, kepergian ulama ini menjadi pukulan bagi Siti Rokhimin, dosen pengajar Universitas Wahidiyah. Di matanya, Gus Latif adalah sosok yang disiplin dan peduli dengan pendidikan.
“Sebelum meninggal, beliau pernah mengatakan keinginannya membuka fakultas kedokteran dengan biaya murah. Semoga Romo ditempatkan disisi-Nya,” harap Siti.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW