Bacaini.ID, KEDIRI — Bagi pecinta kuliner yang sedang menikmati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Yogyakarta, pastikan menginap tidak jauh dari Pasar Ngasem.
Pasar Ngasem yang berdekatan dengan keraton dan Taman Sari merupakan surga kuliner tradisional Jogja. Menyediakan berbagai kuliner legendaris. Juga suasana nostalgia: tungku arang, kendil dan keramahan warga lokal.
Baca Juga:
- Wisatawan Domestik di Libur Nataru Pilih Jogja Ketimbang Bali
- Habiskan Libur Nataru di Kota Batu, Berikut Hotel Ramah Anak Serta Tarifnya
Pasar Ngasem Jogja buka setiap hari mulai pukul 05.00 atau 06.00 pagi hingga sekitar pukul 16.00 WIB. Menginap di sekitar Pasar Ngasem menjadi hal penting jika berniat menikmati surga kuliner.
Sebut saja apem beras atau carabikang. Hanya butuh waktu beberapa jam ludes diserbu pelanggan. Berikut kuliner legendaris Pasar Ngasem yang wajib dicoba.
Apem Beras Bu Wanti
Jajanan legendaris di Pasar Ngasem yang eksis sejak tahun 1970-an. Tak seperti apem tradisional lainnya, apem beras khas Pasar Ngasem ini berbentuk seperti separuh kue dorayaki dengan rasa manis, gurih kelapa dan wangi smokey arang.
Bertahan dengan cara pembuatan tradisional, apem beras Bu Wanti dipanggang dengan tungku arang dalam cetakan.
Apem ini terbuat dari tepung beras, kelapa parut, santan, telur, dan gula pasir. Tekstur parutan kelapa didalam kue yang gurih manis, membuat apem beras ini menjadi istimewa.
Apem beras Bu Wanti dijual seharga Rp3500-4000 per buah. Bagi yang tidak kebagian bisa datang ke Pasar Prawirotaman atau Pasar Gede. Di dua tempat tersebut, ada kios cabang Apem Beras Bu Wanti.
Carabikang Bu Kristi
Bersebelahan dengan lapak Apem Beras Bu Wanti, ada Carabikang Bu Kristi yang juga ikonik di Pasar Ngasem. Carabikang, di Jawa Timur dan daerah lain, lebih dikenal sebagai ‘bikang’.
Carabikang atau ‘corobikang’ adalah penyebutan yang populer di wilayaTengah Jogja dan Jawa Tengah.
Carabikang Bu Kristi bertekstur lembut dengan pinggiran renyah.
Sama seperti apem beras, carabikang di Ngasem juga dibuat dengan anglo, tungku arang. Jadi bisa dibayangkan wangi smokey dari pembakaran arang yang menempel pada renyahnya pinggiran carabikang.
Carabikang Bu Kristi buka setiap mulai jam 6 pagi hingga habis. Biasanya hanya dibutuhkan waktu 2-3 jam atau sekitar pukul 9-10 pagi, kudapan ini ludes.
Mendapatkan bagian carabikang Bu Kristi juga butuh effort, sebab antrean pembeli biasanya sudah mengular sebelum kios siap menerima pembeli.
Karenanya, penjual di kios Carabikang Bu Kristi menyediakan kertas atau buku pesanan. Pembeli tinggal menulis nama dan jumlah pesanan dan menunggu pesanannya jadi. Harga per buah carabikang Rp2500.
Wingko dan Bakpia Ngasem Pak Bambang Wiwid
Bukan sekedar wingko dan bakpia biasa. Di Pasar Ngasem dua kudapan tradisional ini dipanggang dengan tungku arang. Karenanya sering juga disebut sebagai wingko dan bakpia panggang.
Wingko dan bakpia disini disajikan fresh dari panggangan. Pembeli bisa membawa pulang wingko dan bakpia yang masih hangat.
Wingkonya terkenal lembut dan empuk, begitupun dengan bakpia. Aroma khas panggang arang menambah ciri khas makanan buatan Pasar Ngasem ini.
Harganya berkisar Rp2000-3000 per buah.
Jenang
Di Pasar Ngasem jenang juga menjadi jajanan legendaris dan jadi primadona. Kios yang terkenal di antaranya Jenang Yu Jumilah dan Jenang Gempol.
Di kios Jenang Yu Jumilah, khas dengan campuran jenang 9 rasa yang berisi aneka jenis jenang dalam satu porsi.
Jenang Yu Jumilah pernah viral di media sosial beberapa waktu lalu hingga kini, makin ramai pengunjung.
Di Pasar Ngasem juga ada Jenang Gempol, jenang khas Jogja yang serupa dengan jenang sumsum berasa manis dan dilengkapi kondimen bola-bola gempol gurih dari tepung beras.
Jenang gempol juga menjadi buruan pecinta kuliner tradisional di Pasar Ngasem yang seringkali ludes menjelang siang.
Harga aneka jenang di Pasar Ngasem antara Rp7000-10.000 per porsi.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





