Bacaini.ID, KEDIRI – Perempatan Sumur Bor adalah salah satu perempatan paling padat di Kota Kediri. Perempatan ini menjadi titik temu jalur pertokoan dan Pecinan yang tak pernah mati.
Secara geografis, perempatan Sumur Bor adalah simpul strategis yang menghubungkan empat jalan utama: Jalan Dhoho yang legendaris di Utara, Jalan Panglima Sudirman ke Selatan, Jalan Yos Sudarso ke Barat, dan Jalan Pattimura ke Timur. Di sinilah denyut ekonomi, sejarah, dan mobilitas kota bertemu.
Di sekitarnya berdiri toko-toko tua, warung legendaris, dan bangunan modern yang saling berdampingan, menciptakan lanskap urban yang kaya lapisan makna.
Pada masa Hindia Belanda, terdapat sebuah sumur artesis di perempatan ini. Ini bukanlah sumur biasa, melainkan sumur bor yang airnya menyembur sendiri dari dalam tanah tanpa perlu ditimba.
Teknologi ini tergolong canggih dan menjadi sumber kehidupan bagi warga Kediri. Sumur itu menjadi penanda penting, tempat orang berkumpul, mengambil air, dan berbagi cerita.
Namun seiring waktu, sumur itu menghilang dari pandangan. Sebuah pos polisi dibangun tepat di atasnya, menutupi jejak fisik yang dulu menjadi denyut nadi kawasan.
Meski sumurnya telah lama tertutup, memori tentangnya tetap hidup. Nama “Sumur Bor” menjadi contoh bagaimana ruang publik bisa bertahan dalam ingatan, meski wujud fisiknya telah berubah.
Beberapa komunitas mulai menggagas ide revitalisasi kawasan ini. Ada yang mengusulkan pembangunan monumen kecil atau taman tematik yang mengisahkan sejarah air bersih di Kediri.
Ada pula yang membayangkan Sumur Bor sebagai titik awal tur sejarah kota, menghubungkan Jalan Dhoho, Cagar Budaya Goa Selomangleng, hingga kawasan heritage lainnya.
Penulis: Hari Tri Wasono





