• Login
  • Register
Bacaini.id
Wednesday, October 15, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Hitam Putih Wajah Pesantren di Indonesia

Tragedi beruntun di dunia pesantren memunculkan pertanyaan mendasar, sudahkah lembaga pendidikan Islam ini benar-benar melindungi hak-hak santrinya?

ditulis oleh Redaksi
14/10/2025
Durasi baca: 3 menit
495 32
0
Hitam Putih Wajah Pesantren di Indonesia

Ilustrasi santri ke masjid. Foto: unsplash

Bacaini.ID, JAKARTA – Suara adzan Ashar baru saja usai ketika bangunan musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo tiba-tiba runtuh pada 29 September 2025. Sebanyak 67 nyawa santri melayang dan puluhan lainnya terluka.

Tragedi ini bukan sekadar kecelakaan konstruksi biasa, tetapi cermin retaknya sistem pendidikan pesantren yang mengabaikan keselamatan santri demi penghematan biaya.

Bangunan tiga lantai itu dibangun tanpa pengawasan insinyur sipil profesional. Pengecoran lantai atas yang baru selesai beberapa jam sebelum kejadian, fondasi lama yang tak mampu menahan beban tambahan, dan ketiadaan perhitungan struktural yang memadai menjadi resep sempurna bagi bencana yang dapat dicegah.

Jauh sebelum tragedi Sidoarjo, praktik-praktik bermasalah di dunia pesantren sebenarnya sudah lama mengundang keprihatinan. Salah satunya adalah fenomena santri yang dipekerjakan untuk kepentingan pribadi kyai dengan dalih “ngalap berkah”, sebuah eufemisme yang menutupi dinamika tenaga kerja anak.

Edward Dewaruci dari Surabaya Children Crisis Center menegaskan bahwa tidak semua keterlibatan santri dalam pekerjaan fisik otomatis dikategorikan sebagai eksploitasi. Namun, jika ada unsur pemaksaan, ancaman, atau keuntungan ekonomi yang dinikmati pihak tertentu, maka hal tersebut sudah masuk kategori pelanggaran hak anak.

“Anak usia 13-16 tahun baru relatif mampu melakukan aktivitas ringan yang bersifat mendidik, bukan pekerjaan konstruksi berisiko tinggi,” jelasnya.

Realitanya, banyak santri yang bekerja sebagai kuli bangunan, membersihkan rumah kyai, atau menggarap sawah milik pesantren tanpa kompensasi yang layak. Yang lebih memprihatinkan, santri tidak memiliki pilihan untuk menolak karena struktur hierarki pesantren yang menempatkan kyai sebagai figur yang tidak boleh dibantah.

Skandal Dana BOS Al-Zaytun

Persoalan transparansi keuangan pesantren mencuat ke permukaan melalui kasus Panji Gumilang, pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu. Jaksa Penuntut Umum mendakwa Panji telah mengalihkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke rekening pribadinya selama periode 2014-2023.

Dana yang seharusnya digunakan untuk operasional pendidikan santri justru digunakan untuk membayar utang pribadi yang mencapai puluhan miliar rupiah serta membeli aset properti yang didaftarkan atas nama pribadi dan keluarga. Modus ini dilakukan dengan mencampuradukkan dana yayasan dengan kekayaan pribadi untuk menyamarkan jejak tindak pidana.

Kasus ini mengungkap lemahnya sistem pengawasan pengelolaan dana BOS di pesantren. Meskipun Kementerian Agama telah menyalurkan Rp196,86 miliar untuk lebih dari 590 ribu santri pada 2025, mekanisme kontrol dan transparansi masih jauh dari memadai.

Lemahnya Perlindungan Hukum

Ketiga kasus ini; eksploitasi santri, penyalahgunaan dana BOS, dan kelalaian konstruksi, menunjukkan pola yang sama, yakni lemahnya perlindungan hukum terhadap santri. Pengawasan pemerintah terhadap pesantren masih minim, banyak pesantren beroperasi tanpa standar nasional yang jelas, dan tidak ada mekanisme evaluasi yang ketat.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono mengungkap fakta mengejutkan: hanya sekitar 50 pondok pesantren di Indonesia yang memiliki Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), dokumen yang menunjukkan bangunan telah memenuhi standar teknis dan keselamatan.

“Standar bangunan aman harus dipatuhi tidak hanya untuk pondok pesantren, tetapi juga untuk sekolah, kampus, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya,” tegas AHY.

Reformasi Mendesak

Tragedi demi tragedi ini menuntut reformasi menyeluruh sistem pesantren. Pemerintah harus segera menetapkan standar nasional yang ketat untuk operasional pesantren, mulai dari aspek keselamatan bangunan, transparansi keuangan, hingga perlindungan hak santri.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang mulia tidak boleh menjadi tempat eksploitasi atau penelantaran. Santri berhak mendapat perlindungan, pendidikan berkualitas, dan lingkungan yang aman, bukan menjadi korban dari sistem yang mengutamakan kepentingan pengelola di atas keselamatan anak didik.

Sudah saatnya dunia pesantren berbenah. Karena pendidikan yang sejati tidak pernah dibangun di atas penderitaan santri, melainkan di atas fondasi perlindungan, transparansi, dan rasa hormat terhadap hak asasi manusia.

Penulis: Danny Wibisono

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: BOSpanji gumilangpesantrenPondok Pesantren Al Khozinysantri
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Hitam Putih Wajah Pesantren di Indonesia

Hitam Putih Wajah Pesantren di Indonesia

PGRI Trenggalek tolak guru dijadikan tester MBG

PGRI Trenggalek Tolak Guru Dijadikan Tester Makanan Program MBG

Puting beliung rusak stadion Blitar

Puting Beliung Terjang Stadion Blitar, Kadispora: Kerugian Rp1,5 M

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15591 shares
    Share 6236 Tweet 3898
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16621 shares
    Share 6648 Tweet 4155
  • Isu Gratifikasi Membayangi Puncak Hari Jadi Blitar

    2925 shares
    Share 1170 Tweet 731
  • Puting Beliung Terjang Stadion Blitar, Kadispora: Kerugian Rp1,5 M

    562 shares
    Share 225 Tweet 141
  • Wawali Blitar Ngambek: Kok Saya Tak Diajak Rembugan Soal Mutasi?

    601 shares
    Share 240 Tweet 150

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist