Bacaini.ID, KEDIRI – Lagu Nasakom Bersatu terinspirasi pidato Presiden Soekarno pada medio 1960-an tentang Nasakom: Nasionalisme, Agama dan Komunisme.
Sebagai komponis dan konduktor, Subronto Kusumo Atmodjo, meracik ide politik Bung Karno dalam sebuah lagu yang diberinya judul Nasakom Bersatu.
“Nasakom bersatu singkirkan kepala batu. Nasakom jiwaku singkirkan nasakom palsu. Nasakom satu cita sosialisme pasti jaya”.
Lagu Nasakom Bersatu masuk di dalam 14 lagu pilihan Pengurus Besar Front Nasional dan diterbitkan dalam buku berjudul: Mari Bernyanyi, Berjuang dan Berkonfrontasi.
Baca Juga: Bupati-bupati Keblinger, Kecaman Bung Karno dalam Petani Sokoguru Revolusi
Selain lagu Nasakom Bersatu, masuk juga lagu Maju Tak Gentar, Indonesia Raya, Satu Nusa Satu bangsa, Resopim, Rayuan Pulau Kelapa, dan Ganyang Malaysia.
Subronto Kusumo Atmodjo si pencipta lagu merupakan salah satu komponis ternama Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat).
Juga salah satu pimpinan Ansambel Gembira yang dimasukinya mulai tahun 1952.
Di Ansambel Gembira Subronto banyak belajar musik kepada Sudharnoto, pencipta lagu Garuda Pancasila yang juga tokoh musik Lekra.
Juga banyak mendulang pengetahuan kepada Amir Pasaribu dan Sudjasmin.
Baca Juga: Siapa Saja 7 Setan Desa Penindas dan Penghisap Kaum Tani?
Lahir di Pati Jawa Tengah dari keluarga petani pada 1929, peran Subronto Kusumo Atmodjo di Ansambel Gembira sangat menonjol.
Ia jadi pengusul agar lagu-lagu rakyat atau lagu daerah yang hendaknya juga dipentaskan. Bukan hanya lagu-lagu perjuangan.
Lagu ‘Suburlah Tanah Airku’ ciptaan Subronto nyaris dinyanyikan setiap anak sekolah pada saat itu. Kemampuannya bikin lagu yang mudah dinyanyikan secara massal diacungi jempol.
Subronto juga disebut sebagai orang paling berjasa di Ansambel Gembira selain tiga orang pendirinya: Sudharnoto, Bintang Suradi dan Titik Kamariah.
“Itu tidak hanya karena kedudukannya sebagai penanggung jawab kesenian, melainkan karena ketokohannya sebagai pendidik, pembimbing dan panutan pemuda,” demikian dikutip dari Ke Langit Biru, Kenangan tentang Gembira.
Baca Juga: Ketika Kaum Tani di Indonesia Melawan Tuan Tanah dan Feodalisme
Pada tahun 1957 Subronto menjadi Ketua Seksi Kesenian delegasi pemuda/mahasiswa pada Festival Pemuda dan Mahasiswa Demokratik se-dunia di Moskow.
Sebelumnya ia juga sempat bekerja di kedutaan Cekoslovakia. Juga tercatat sebagai karyawan di Departemen Pendidikan, Pengamatan dan Kebudayaan.
Dimuat di Harian Rakyat 15 Agustus 1965, lagu Nasakom Bersatu ciptaan Subronto paling sering diputar di stasiun radio RRI.
Di lapangan politik lirik lagu Nasakom Bersatu dipakai para aktivis PKI untuk menyindir kelompok kepala batu yang menolak konsep Nasakom Bung Karno.
Mereka menolak karena ada anasir komunisme (PKI) dalam konsep persatuan Nasakom.
Si kepala batu yang dimaksud adalah Masyumi dan PSI (Partai Sosialis Indonesia). Sementara Partai NU yang keluar dari Masyumi menerima konsep Nasakom.
Melalui rubrik ‘Lawan dan Kawan’ di surat kabar mingguan Hikmah, Masyumi diketahui tegas-tegas menolak kerjasama dengan PKI.
Mengajak partai lain untuk membentuk front non komunis demi mencegah PKI berkuasa di pemerintahan dan parlemen.
“Toleransi dengan orang-orang komunis berarti mengasuh anak macan,” tulis rubrik Lawan dan Kawan.
Kiprah Subronto Kusumo Atmodjo si pencipta lagu Nasakom Bersatu berakhir pasca meletusnya peristiwa 30 September 1965.
Subronto ditangkap pada tahun 1968 dan dibuang ke Pulau Buru. Subronto yang bebas pada tahun 1977 tutup usia di Bekasi 12 November 1982.
Penulis: Solichan Arif