Bacaini.ID, KEDIRI – Materi dewasa yang bermuatan PMO (pornografi, masturbasi dan orgasme) semakin mudah diakses di era digital.
Untuk mendapatkan situs bermuatan PMO, para pria cukup dengan melakukan beberapa klik, dan itu memicu kebiasaan.
Awalnya mungkin semacam cara melepas stres, namun jika dibiarkan PMO bisa berdampak serius pada kesehatan fisik, mental, hingga hubungan sosial.
Mengenal PMO dan Alasan Kenapa Bisa Jadi Masalah
PMO bukan hanya tentang menonton pornografi atau masturbasi sesekali.
Masalah muncul ketika kegiatan ini menjadi kebiasaan rutin hingga sulit dikendalikan.
Konten pornografi yang berlebihan merangsang otak untuk melepaskan dopamin secara terus-menerus.
Lama-kelamaan, tubuh membutuhkan rangsangan yang lebih ekstrem untuk mencapai kepuasan yang sama, mirip seperti mekanisme kecanduan narkoba.
Dampak Fisik dan Mental dari PMO
Secara fisik, kebiasaan PMO yang berlebihan bisa memicu penurunan testosteron sementara, kelelahan, bahkan gangguan ereksi (porn-induced erectile dysfunction).
Beberapa pria juga mengeluhkan stamina menurun dan motivasi untuk beraktivitas ikut berkurang.
Dari sisi mental, PMO dapat menyebabkan kecanduan yang memengaruhi struktur otak.
Studi dalam Journal of Behavioral Addictions menunjukkan bahwa otak pria yang kecanduan pornografi menunjukkan pola aktivitas yang mirip dengan pecandu obat-obatan.
Akibatnya, muncul masalah seperti depresi, cemas, dan sulit fokus.
Selain itu, pria yang terbiasa menonton pornografi sering memiliki ekspektasi tidak realistis tentang seks dan hubungan, yang pada akhirnya bisa merusak keintiman dengan pasangan.
Tidak sedikit kasus PMO yang membuat pria menjadi kehilangan hasrat pada istrinya karena lebih memilih masturbasi dengan menonton video porno.
Hal ini tentu saja berpengaruh pada keharmonisan rumah tangga.
Mengelola dan Mengurangi PMO
Mengatasi PMO bukan sekadar berhenti begitu saja, namun juga mengubah gaya hidup. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
• Mengalihkan perhatian ke aktivitas sehat seperti olahraga, membaca, atau meditasi.
• Membatasi akses internet yang memicu dorongan PMO, misalnya dengan digital detox.
• Mengikuti komunitas untuk mendapatkan dukungan.
• Jika sudah parah, berkonsultasilah dengan psikolog atau terapis seksual.
PMO bukan sekadar kebiasaan pribadi, namun bisa berdampak luas pada kesehatan dan kualitas hidup seorang pria.
Dengan mengedukasi diri, kesadaran, dan dukungan yang tepat, kebiasaan ini bisa dikendalikan.
Saatnya pria lebih sadar akan tubuh dan pikirannya, serta membangun kebiasaan yang lebih sehat.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif