Bacaini.ID, KEDIRI – Kasus bunuh diri ternyata lebih banyak terjadi pada kaum pria ketimbang kaum perempuan.
Padahal pria identik dengan sifat maskulinnya: pribadi yang tidak banyak bicara, kuat, mandiri dan sifat maskulin lain.
Sedari kecil seorang pria ditempa dengan stigma tahan banting dan pantang menangis.
Namun data dan realita berkata lain. Ratusan ribu pria di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena alasan memendam masalah.
Data Indonesian Association for Suicide Prevention (INASP) dan World Health Organization (WHO) menyebut pria berpotensi bunuh diri lebih besar ketimbang perempuan.
Tiga kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri dibanding perempuan.
Data korban bunuh diri di seluruh dunia juga menunjukkan hal yang sama. Tingkat bunuh diri pada pria lebih tinggi daripada perempuan.
Di Inggris, 75% dari seluruh kasus bunuh diri adalah pria. Di Amerika Serikat, pria 4 kali lebih mungkin meninggal karena bunuh diri dibanding wanita.
Fakta ini diperparah oleh kondisi bahwa pria cenderung tidak mencari bantuan saat mengalami tekanan psikologis.
Sebuah riset dari Journal of Men’s Health menyebut, pria dua kali lebih mungkin memilih ‘diam dan menyibukkan diri’ daripada mendatangi psikolog atau sekadar ‘curhat’ ke teman.
Banyak pria tumbuh dengan pemahaman bahwa menunjukkan emosi adalah kelemahan.
Akibatnya saat tekanan datang, baik dari pekerjaan, percintaan, ekonomi, atau keluarga, mereka lebih memilih menyimpan sendiri.
Maskulinitas pada kekinian bukan hanya tentang terlihat kuat dan baik-baik saja.
Maskulinitas sehat merupakan cara baru memaknai diri sebagai pria.
Mengetahui kapan harus diam dan kapan harus bicara pada seseorang yang dipercaya dan meminta pertolongan.
Berikut beberapa cara untuk membangun kesehatan mental yang lebih baik bagi pria:
• Berani mengenali dan mengelola emosi
• Mau mencari bantuan saat dibutuhkan
• Terbuka dengan teman dan keluarga
• Merawat kesehatan mental, bukan hanya kesehatan fisik
Maskulinitas sehat bukan tentang menekan emosi, namun mengelola emosi, merawat diri, dan mendukung sesama.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif