Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an Babusassalam Jombang sempat diisolasi setelah 22 santrinya terjangkit covid-19. Kini mereka bangkit setelah dinyatakan sembuh.
Lantunan ayat suci Al Quran terdengar di pondok yang terletak di Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Sore itu seluruh santri sedang mengaji sebagai rutinitas belajar.
Aktivitas mengaji di pondok ini tak pernah putus. Bahkan saat pesantren mereka diisolasi setelah terjangkit covid-19. Alih-alih panik, pengurus pondok dan santri menghadapi wabah dengan tenang. Para santri yang terinfeksi diisolir di tempat khusus. Mereka dipisahkan dari santri lain yang sehat agar penularannya tidak meluas.
Tak sedikit jumlah santri yang terpapar covid-19, mencapai 22 orang. Kepada mereka, pengurus pondok tetap meminta tawakal dan menjalankan aktivitas mengaji selama menjalani isolasi. Dengan mengaji, pikiran mereka tenang dan membawa peningkatan imunitas atau daya tahan tubuh.
Setelah beberapa pekan berjuang melawan corona, kini seluruh santri dinyatakan sembuh. Pesantren Tahfidul Qur’an dinyatakan aman dari penularan covid-19 oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. “Kini seluruh santri menjalani aktivitas di pondok dengan kebiasaan baru seusai protokol kesehatan,” kata KH Hatta Qodir, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Qur’an Babusaalam kepada Bacaini.id.
Salah satu kewajiban baru santri adalah tak melepas masker saat melakukan aktivitas apapun di dalam dan di luar pondok. Santri yang kedapatan tak mengenakan masker langsung ditegur. Demikian pula kewajiban mencuci tangan memakai sabun yang menjadi protokol pondok.
Peraturan itu dipatuhi seluruh santri. Mereka tak pernah sekalipun melepas masker, kecuali saat sedang bersuci atau makan. “Awalnya memang terganggu (memakai masker). Namun karena kebutuhan harus tetap dipakai. Meskipun sekali kali dibuka karena nafas yang berat,” ujar DN, santriwati asal Blitar yang sempat terpapar covid-19 dan menjalani isolasi satu pekan.
Dia masih mengingat bagaimana virus itu menghinggapinya. Awalnya DN merasa kehilangan indera penciuman. Kondisi fisiknya bagus dan tidak jatuh sakit. Namun saat dilakukan pemeriksaan rapid dan swab, diketahui dirinya terjangkit covid-19. Bersama santri lainnya, DN menjalani isolasi di apartemen aahasiswa Unipdu di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan.
Selama dalam karantina, aktifitas santri tidak banyak berubah. Mereka tetap melakukan hafalan qur’an seperti di pesantren. Para santri juga rutin mengikuti senam pagi untuk meningkatkan kesehatan. “Setiap hari tetap mengaji dan banyak mengkonsumsi vitamin C dan makan bergizi,” kata DN.
DN meyakini bahwa virus corona adalah cobaan dari Allah. Obatnya harus mendekatkan diri kepada yang menciptakannya.
Penulis: Syailendra
Editor: HTW