Sekian tahun yang lalu berkembang kuat di antara sekumpulan para seniman yang berteriak lantang tentang kesenimanannya.
“Seniman itu yang penting berkarya,” katanya.
Tapi mereka tak pernah bicara tentang isi karya, membangun narasi kreatifitas, dan ide-ide yang belum atau bahkan tidak sempat terbaca oleh mata.
Karya harus melalui proses panjang tentang pemikiran dan keluasannya.
Sehingga karya yang diciptakan akan bisa menyentuh pikiran dan jiwa siapapun yang melihat atau mendengarnya.
Dalam konteks musik, munculnya istilah progresif, blues, psikodelik, jazz, wafe dll bukanlah tentang teori bermain musik.
Akan tetapi lebih tentang sebuah proses, dinamika dan pengaruhnya pada siapapun yang mendengarkan.
Musik-musik di dunia Timur seperti China, Nusantara, Iran dan Timur Tengah cenderung pada karya-karya yang lebih psikodelik.
Karena dalam musiknya selalu membawa dan mengajak pendengarnya untuk tidak hanya mendengar dengan kupingnya, tapi juga mendengar dengan perasaan, mengajak pikiran untuk membangun imajinasi atau bahkan halusinasi.
Semua proses itu bukan hanya karena mampu memainkan alat musik, tetapi juga mampu menguasai karakter alat musik tersebut.
Filosofi musik dalam dunia Timur sangatlah tinggi nilainya. Mereka para senimannya kebanyakan telah menguasai karakter alat dan menguasai falsafah hidup dan falsafah alam kehidupannya.
Mereka yang disebut seniman pada era masa lalu adalah mereka yang telah masuk ke ranah hakikat.
Di abad 11 Masehi Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan Alat tabuh (Kendang dll) mewakili suara gemuruh (alam seperti badai petir dan suara gemuruh lain), yang membawa aliran darah menjadi panas dan menggerakkan syaraf.
Seruling mewakili suara angin, yang akan cenderung mengajak seorang manusia lebih mudah dalam mencapai ketenangan jiwanya.
Pada abad 19-20an Seorang tokoh sufi dari Pakistan Hazrat (Maulana) Inayat khan mengatakan dalam bukunya Mistisisme Musik dan Bunyi.
Musik akan mempengaruhi jiwa manusia dan liriknya akan mempengaruhi akal pikiran manusia.
Seorang yang telah disebut sebagai seniman tidak hanya bermodalkan bisa memainkan alat musik atau kebiasaan dalam menggores sebuah kanvas, atau sekedar kelenturan dan kelembutan dalam gerak tari.
Tapi juga mampu menguasai dan mengendalikan karakter alat yang akan dimainkannya. Selain mempunyai kepekaan perasaan dan kekuatan akal pikiran.
Dan pengalaman proses yang panjang dengan dinamikanya, bisa dipastikan tidak hanya akan membawa dirinya pada sebuah ekstase, tapi juga akan membawa para penikmatnya merasakan gejolak dan spirit tertentu dalam dirinya.
Masakan Padang di Paiton ini (Probolinggo) penjualnya memang orang Padang dan dia juga punya keahlian dalam memasak khas kampung halamannya.
Dia tidak hanya piawai memasak, tapi juga menguasai proses dan karakter bumbunya. Sehingga masakan Padang itu terasa sekali kekhasan dari kampung halamannya.
Sebab ada beberapa masakan Padang di sini dan penjualnya juga orang Padang, akan tetapi rasa rempah ke-khas-an dari kampung halamannya cukup lemah.
Penulis: Nashir Ngeblues
*) Seniman cum budayawan yang tinggal di Malang