Bacaini.ID, KEDIRI – May Day yang jatuh setiap 1 Mei merupakan hari kemenangan buruh dalam melawan kapitalisme industrial.
Di awal-awal selalu berkumandang lirik, “bangunlah kaum yang terhina. Bangunlah kaum yang lapar. Kehendak yang mulia dalam dunia. Senantiasa bertambah besar…”
Sebagaimana negara-negara lain, May Day di Indonesia diperingati sebagai perayaan Hari Buruh Sedunia atau Hari Buruh Internasional.
May Day menjadi momentum kaum buruh menyuarakan hak yang terus-terusan ditelikung pemilik modal: upah layak, upah lembur, jam kerja, PHK dan pesangon.
Gerakan buruh di Indonesia dalam sejarahnya berperan besar dalam usaha memperjuangkan sekaligus mempertahankan kemerdekaan.
Buruh pabrik, buruh kereta api, dan sebagainya berdiri tegak bersama kaum tani, kelas sosial yang sama-sama berperan besar pembangun peradaban.
Aksi-aksi buruh pada masa Sarekat Islam (SI) kerap merepotkan pemerintahan Hindia Belanda dan itu terus berlanjut hingga awal kemerdekaan.
Pada tanggal 15 September 1945, di kota-kota besar di Pulau Jawa lahir gerakan buruh bernama Barisan Buruh Indonesia (BBI) yang kemudian mengubah diri menjadi Partai Buruh Indonesia (PBI).
Sejumlah aktivis yang menolak perubahan menjadi partai, pada 21 Mei 1946 mendirikan Gabungan Sarekat Buruh Indonesia (Gasbi).
Adanya para aktivis golongan petualang, pragmatis, membuat gerakan organisasi buruh pada awal kemerdekaan tidak bisa berjalan solid, bahkan kacau balau
Yang mereka bicarakan hanya kepentingan koalisi demi tujuan masuk ke dalam kabinet, bukan aspirasi buruh. Karenanya pada 21 Juli 1946, polemik di internal itu coba diakhiri.
“Dibentuk sebuah sebuah panitia pembersihan di Malang untuk membersihkan tukang-tukang catut,” demikian dikutip dari buku Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan.
Gasbi pecah. Disusul kemudian berdirinya GSBV (Gabungan Sarekat Buruh Vaksentral).
Pada 26 November 1946, dengan kerja keras dan penuh susah payah, gerakan yang terpecah-pecah itu berhasil disatukan.
Semua berkumpul dalam organ baru yang bernama Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Kekuatan buruh menjadi basis gerakan para aktivis kiri.
Isu perlawanan terhadap imperialisme, kolonialisme dan kapitalisme tidak henti-henti digelorakan. Pada saat yang sama, kaum tani berjuang melawan feodalisme.
Sesuai hasil kongres, Ketua Umum SOBSI dipegang oleh Hardjono. Sementara Nyono sebagai sekretaris umum.
Secara organisasi, SOBSI memiliki sentral Biro dan sejumlah divisi kerja, di antaranya Organisasi, Sosial, Ekonomi, Penerangan, Pendidikan, Wanita, Luar Negeri, dan Perencanaan.
Ada nama Surastri Karma Trimurti (S.K Trimurti), istri Sayuti Melik, sebagai anggota divisi Perencanaan SOBSI yang kelak menjadi Menteri Perburuhan Pertama RI (1947-1948).
Pada masa pemerintahan Soekarno, SOBSI menjadi organisasi buruh paling maju sekaligus militan. Melalui rubrik Boeroeh, kaum buruh diedukasi.
Untuk pengembangan organisasi, SOBSI membangun barisan laskar-laskar buruh sesuai bidang pekerjaan. Misalnya Laskar Minyak di tambang minyak Cepu, Blora.
Hak-hak buruh yang tidak terpenuhi betul-betul diperjuangkan oleh pengurus SOBSI melalui skema gerakan massa dan meja perundingan.
Hak buruh untuk mendapat Tunjangan Hari Raya (THR) Idul Fitri merupakan salah satu warisan perjuangan aktivis SOBSI yang bisa dinikmati kaum buruh hingga sekarang.
Selamat Hari Buruh!
Penulis: Solichan Arif