Bacaini.ID, KEDIRI – Menjadi pelupa atau justru pengingat yang handal tidak terjadi begitu saja.
Emosi memiliki peranan penting dalam membentuk kinerja otak.
Emosi berfungsi sebagai reaksi subjektif terhadap peristiwa objektif. Satu peristiwa yang sama bisa menimbulkan emosi yang berbeda pada tiap orang.
Setiap emosi yang dirasakan oleh seseorang memiliki peran penting untuk kesehatan mental.
Dikutip dari Healthline, berikut hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan seseorang menyimpan memori.
Emosi memengaruhi daya ingat
Emosi yang kuat bisa meningkatkan daya ingat dan juga menekan daya ingat. Semua tergantung pada situasi dan reaksi dari emosi.
Emosi yang membuat kita bersikap reaktif seperti marah, gembira, takut, dapat mempercepat denyut nadi dan mempertajam fokus.
Dalam keadaan otak yang terstimulus seseorang akan menjadi lebih fokus dan mudah mengingat kembali memori-memori tersebut.
Gairah yang ada dalam emosi menanamkan detail-detail penting dalam pikiran. Ini menjadi dasar seseorang bisa dengan mudah mengingat peristiwa atau sesuatu.
Sementara itu, seseorang yang memiliki kecenderungan mengabaikan rangsangan emosi yang dia dapatkan, memiliki kecenderungan sulit mengingat peristiwa atau sesuatu.
Ini menjadi alasan mengapa orang yang suka memendam emosinya menjadi mudah lupa.
Situasi emosional lebih mudah diingat
Kenangan tentang peristiwa emosional sering kali lebih jelas dan akurat daripada kenangan tentang pengalaman yang biasa saja, tidak melibatkan emosi tertentu.
Misalnya, kenangan pada cinta pertama akan lebih mudah diingat detailnya daripada kenangan gosok gigi sendiri untuk pertama kali.
Cinta pertama melibatkan emosi mendalam dan lebih meninggalkan kesan.
Sementara gosok gigi pertama tidak membekas karena dianggap hal yang kemudian biasa dilakukan.
Stres memengaruhi memori
Emosi seperti perasaan marah dan malu dapat meningkatkan kadar hormon stres, kortisol.
Kortisol memicu dua proses berbeda di area otak yang terkait dengan memori.
Sekitar setengah jam setelah pemicu stres terjadi, bagian otak yang mendukung memori menjadi lebih responsif. Seseorang akan lebih mengingat sesuatu di tahap ini.
Setelah proses tersebut, terjadi proses yang lebih lambat. Otak bekerja lebih lambat setelah periode hiperaktifnya.
Sekitar satu jam setelah pemicu stres, bagian otak tertentu menjadi kurang responsif. Ini menjadikan lebih sulit membuat atau mengingat memori.
Jadi jika ingin tetap memiliki ingatan yang bagus, kelolalah tekanan emosional secara lebih efektif.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif