Bacaini.ID, KEDIRI – Pada awal tahun 2025 media sosial sempat ramai oleh video dua lelaki dewasa yang menyelam di sungai Tusin, Kalimantan Utara.
Keduanya bukan dalam rangka bermain air, tapi sengaja masuk di kedalaman air. Aksi “menenggelamkan diri” ini bukan hal biasa dan karenanya sontak viral.
Mereka diketahui sedang menjalankan ritual Sumpah Dolop. Sumpah Dolop merupakan peradilan adat dan dipercaya sebagai petunjuk dari Tuhan dalam menentukan kebenaran.
Ritual dilakukan dengan cara menyelam di sungai selama kurang lebih 10 menit.
Dalam sebuah sengketa atau konflik, ritual dianggap dapat menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah dalam persoalan yang terjadi.
Tahapan yang harus dilakukan sebelum Sumpah Dolop adalah kedua pihak yang bersengketa menyepakati denda dan melakukan persiapan ritual.
Selanjutnya pengurus adat melakukan ritual pemanggilan roh leluhur.
Dua orang yang bersengketa dengan didampingi pengurus adat memasuki sungai dan menyelam setelah pemimpin ritual memberi tanda.
Barang siapa yang muncul dulu di permukaan air, maka dialah yang dianggap bersalah dan harus membayar denda sesuai kesepakatan.
Hasil keputusan Sumpah Dolop bersifat final. Semua pihak wajib menerima dan menganggap permasalahan telah selesai.
Ritual Sumpah Dolop hingga kini masih lestari. Suku Dayak Agabag menggunakan Sumpah Dolop tidak hanya sebagai tradisi, namun juga keyakinan dalam mencari kebenaran.
Dikutip dari Journal Appisi, Dolop memiliki arti sumpah yang diucapkan kepada roh-roh jahat sebagai cara untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Sumpah Dolop dalam masyarakat Dayak adalah hukum tertinggi yang melibatkan roh-roh leluhur.
Ketua Adat mengambil peran sebagai perantara utama antara dunia nyata dan ghaib dalam tiap tahapan prosesi.
Sejumlah instrumen yang perlu disiapkan dalam ritual Sumpah Dolop adalah beras kuning, beras putih dan beras hitam.
Terdapat juga bulu ayam, kain kuning, kayu lambuku atau kayu rambutan hutan, telur dan batang pisang.
Beberapa Sumpah Dolop yang pernah dilakukan adalah untuk mengungkap kebenaran dibalik kematian seseorang yang dianggap misterius.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif