Bacaini.ID, KEDIRI – Punya anak remaja membuat para orang tua menghadapi pengasuhan yang semakin kompleks.
Masa remaja adalah masa di mana hormon berkembang. Remaja mengalami puber, baligh, dan mulai memiliki ketertarikan kepada lawan jenis.
Agar siap menghadapi puber pertamanya, ada baiknya orang tua mengenalkan tanda-tanda hubungan atau ketertarikan yang tergolong toxic.
Berikut tanda-tanda hubungan atau ketertarikan lawan jenis yang berpotensi merugikan secara psikologis anak remaja.
Breadcrumbing
Orangtua mungkin lebih mengenalnya sebagai PHP, Pemberi Harapan Palsu. Istilah breadcrumbing secara harfiah adalah ‘menebar remahan roti’.
Istilah ini berasal dari dongeng Hansel dan Gretel, di mana anak-anak menjatuhkan remah roti untuk menemukan jalan pulang.
Dalam relationship, breadcrumbing diartikan sebagai tindakan untuk membuat lawan jenis tertarik, merasa dicintai, namun tidak ada kepastian hubungan.
Remaja perlu memahami ‘jebakan perasaan’ ini agar tidak terbawa permainan lawan jenis yang hanya menginginkan perhatian saja.
Dampak breadcrumbing bisa mengganggu psikologis remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri.
Orang tua harus mengajari anak remaja mereka bagaimana sebuah hubungan yang wajar.
Hubungan yang dilandasi rasa hormat, komunikasi yang terbuka, komitmen dan tanggung jawab.
Chameleoning
Chameleoning merupakan perilaku mengubah kepribadian, sikap, atau penampilan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, situasi sosial, atau kelompok tertentu.
Istilah ini berasal dari kemampuan bunglon mengubah warna tubuhnya untuk menyamarkan diri.
Dalam konteks sebuah hubungan, chameleoning dilakukan untuk menarik perhatian seseorang yang disukai.
Misal dengan meniru hobinya, style, mengubah perilaku agar disukai dan hal lain yang berkiblat pada seseorang.
Pada remaja, dampaknya bisa membuat mereka kehilangan jati diri dan otentikitas.
Menghadapi ini, orang tua bisa berkomunikasi secara terbuka kepada anak dan mengajak anak untuk lebih bisa menghargai nilai diri agar tidak mudah terpengaruh.
Delusionship
Perasaan yang berlebihan karena merasa seseorang juga mencintainya padahal sebenarnya tidak.
Seseorang yang mencintai, seringkali merasa bahwa orang yang dicintainya tersebut memiliki perasaan yang sama hanya karena hal kecil yang sebenarnya lazim dilakukan orang lain.
Misalnya, menjadi berbunga-bunga dan merasa diperhatikan hanya karena ketika bertemu diberi senyuman untuk menyapa.
Khayalan yang berlebihan ini berpotensi menguras energi emosional dan menjadikan seseorang menjadi tidak realistis.
Ajarkan kepada anak untuk mengendalikan emosi atau perasaan mereka, dan melihat sesuatu se-realistis mungkin agar tidak kecewa berlebihan pula di kemudian hari.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif