Bacaini.ID, KEDIRI – Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengatakan industri pers sedang tidak dalam kondisi menguntungkan. Iklan nasional perusahaan pers 75 persen diambil alih platform digital global dan media sosial.
Ninik Rahayu mengatakan media massa tidak lagi menjadi sumber utama warga mencari berita. Selain tergerus platform digital global dan media sosial, kebijakan efisiensi anggaran di sejumlah kementrian secara tidak langsung ikut berpengaruh pada media.
”Untuk itu, para insan pers mau tak mau harus memutar otak agar industri media bisa bertahan di tengah badai yang seakan tak berhenti,” kata Ninik dalam Konvensi Nasional Media Massa 2025 yang berlangsung di Hall Dewan Pers, Jakarta, Kamis siang, 20 Februari 2025.
Ia berharap di tengah disrupsi yang sedang dihadapi media, pengelola media massa harus mampu bertahan memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul, sekaligus membenahi kualitas pemberitaan.
Tri Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembang Profesi, Dewan Pers mengatakan perkembangan teknologi membuat media massa mengalami disrupsi berganda, mulai dari cara mendapatkan iklan, hingga proses produksi konten.
Penggunaan kecerdasan buatan melahirkan peluang sekaligus ancaman bagi ekosistem media. Kurangnya inovasi dan adaptasi, membuat sejumlah media gagal memanfaatkan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan untuk meningkatkan distribusi konten dan efisiensi operasional.
“Media massa, yang selama puluhan tahun menjadi pilar utama penyebaran berita, menghadapi tantangan yang serius,” katanya.
Konvensi Nasional Media Massa 2025 diharapkan bisa menemukan serta membangun pemahaman dan langkah bersama yang saling mendukung dalam satu ekosistem media, agar bisa berkembang bersama dan saling menguntungkan.
Konvensi Nasional Media Massa 2025 bertujuan menganalisis dampak disrupsi digital, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan terhadap media massa.
Konvensi ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan pemateri mewakili pelaku usaha media, Executiv Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, yang memaparkan iklim pers tengah mengalami degradasi dan membutuhkan aturan atau regulasi baru untuk memperkuat iklim media.
Penulis: Hari Tri Wasono