Bacaini.ID, KEDIRI – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati, menilai praktik macam politik dinasti dan kotak kosong membuat demokrasi tidak sehat. Praktik ini terjadi di sejumlah daerah, termasuk Jawa Timur.
“Sekarang yang terjadi adalah keinginan untuk melanggengkan kekuasaan melalui politik dinasti. Jadi yang didorong adalah mereka-mereka yang dekat dengan elite, yang kemudian menyebabkan kompetisinya jadi dihilangkan,” kata Khoirunnisa dinukil dari laman perludem.org.
Salah satu penyebab terjadinya calon tunggal dan dinasti politik adalah jarak yang terlalu dekat antara penyelenggaraan pemilu dan pilkada, yang berdampak pada dinamika koalisi partai politik. Partai-partai cenderung memilih bergabung dalam koalisi besar karena situasi politik yang dinamis akibat kedekatan pemilu dan pilkada.
Selain dekatnya jarak antara penyelenggaraan pemilu dan pilkada, Khoirunnisa juga menyebut faktor lainnya yang menyebabkan banyaknya calon tunggal adalah kaderisasi partai politik. Partai politik tidak mempersiapkan kader dari internal partainya, sehingga memutuskan untuk mengusung calon kepala daerah yang berasal dari partai lain.
baca ini Warga Trenggalek Siap Menangkan Bumbung Kosong di Pilkada 2024
Padahal, Mahkamah Konstitusi yang mengubah ambang batas pencalonan kepala dan wakil kepala daerah melalui Putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024 diyakini dapat mengurangi jumlah calon tunggal untuk Pilkada 2024 yang berjalan serentak.
Di Jawa Timur, terdapat lima kabupaten/kota yang akan melaksanakan pilkada dengan hanya satu calon kepala daerah. Mereka adalah:
Fandi Akhmad Yani – dr. Asluchul Alif yang diusung PKB, Gerindra, PDIP, Golkar, PPP, Demokrat, PAN dan Nasdem (Kabupaten Gresik)
H. M. Nur Arifin, S.E. – Syah Muhammad Nata Negara, S.H yang diusung PDIP, Golkar, Gerindra, PKS, Hanura, PAN, PKB, Demokrat, PSI, Gelora, Garuda (Kabupaten Trenggalek)
Ony Anwar Harsono – Dwi Rianto Djatmiko yang diusung PDIP, Demokrat, PKB, PKS, Golkar, Gerindra, PAN,Nasdem, PPP, Perindo, Hanura, Gelora (Kabupaten Ngawi)
Eri Cahyadi – Armuji diusung PDIP, PAN, PKS, PKB, PPP, Demokrat, Gerindra, Golkar, Nasdem, PSI, Hanura, PBB, PKN, Garuda, Gelora, Ummat, Perindo, Buruh (Kota Surabaya)
Adi Wibowo, STP, M.Si – Mokhamad Nawawi, S.Kom, MM diusung Partai Golkar, PKB, PDIP, PPP, PKS, Hanura, Gerindra, Nasdem, PAN, Perindo, PKN, Buruh, PSI, PBB, Ummat, Gelora, Demokrat (Kota Pasuruan).
Sedangkan pelaksanaan pilkada dengan iklim politik dinasti terjadi di Kota Kediri, dimana mantan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar yang juga Ketua DPD PAN Kota Kediri mengusung istrinya sendiri Ferry Silviana Feronica menjadi penggantinya. Kerabat Abdullah Abu Bakar juga diketahui duduk di kursi DPRD Kota Kediri dan Kabupaten Kediri.
Dalam kontestasi ini, Ferry Silviana Feronica berpasangan dengan Regina Nadya Suwono, anak Ketua DPC Partai Nasdem Kota Kediri, Adi Suwono.
Penulis: Hari Tri Wasono