Rumah pribadi Bupati Kediri Haryanti Sutrisno menjadi sasaran teror dini hari tadi. Dua pria yang berboncengan motor melempar petasan ke dalam rumah.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kediri AKP Gilang Akbar mengatakan petasan berukuran 80 centimeter itu memiliki daya ledak sedang. “Bisa berbahaya kalau terkena orang. Untung yang dilempar area garasi mobil,” kata Gilang, Minggu 16 Agustus 2020.
Selain petasan, pelaku juga meninggalkan tulisan berisi ancaman “KEDIRI MILIK NU, ANGKAT KAKIMU SEBELUM KAMU DAN KELUARGAMU, KAMI BAKAR !!!, NKRI HARGA MATI”. Sebelumnya melalui media sosial, sebuah akun memposting foto Sutrisno (suami) dan Rahmadi Yogi (menantu) yang dikaitkan dengan Khilafah.
Aksi teror ini lantas dikaitkan dengan situasi politik menjelang berlangsungnya suksesi di Kabupaten Kediri. Keluarga bupati berharap semua pihak bisa mengedepankan etika dan menjaga kenyamanan masyarakat.
Ditemui Bacaini di rumahnya Jalan Wisma Katang Kabupaten Kediri, Sutrisno dan Rahmadi Yogi merespon aksi teror tersebut, hingga tudingan khilafah. Berikut wawancaranya:
Bacaini:
Saat ledakan terjadi Anda sedang apa?
Sutrisno:
Saya sedang tahajud bersama ibuk (Haryanti). Saya pikir itu tembakan atau ban meletus. Tapi setelah ibu keluar, satpam ngecek ternyata dilihat di CCTV ada petasan dan ancaman itu.
Bacaini:
Ada yang rusak?
Sutrisno:
Alhamdulillah tidak ada. Allah masih melindungi kami.
Bacaini:
Bagaimana Anda melihatnya?
Sutrisno:
Hal-hal demikian selama 20 tahun tidak pernah ada. Sekarang dengan adanya pilkada ini jadi ada. Ini cara Allah menunjukkan. Jangan sampai di dalam pilkada ini kita berbuat yang menyengsarakan masyarakat. Membuat kegaduhan yang akhirnya masyarakat justru tidak nyaman.
Bacaini:
Apa kira-kira motifnya?
Sutrisno:
Kalau saya menangkapnya, ini kan menjelang pilkada. Tentunya ada suhu politik yang memanas. Tapi karena sebagai pengalaman, masyarakat bawah sudah 20 tahun nyaman, tenang. Baru pilkada kali ini terjadi sesuatu yang aneh dan unik.
Bacaini:
Pelaku memberi pesan soal khilafah. Kenapa bisa begitu?
Sutrisno:
Mungkin karena beberapa tahun lalu saya memberi bantuan kepada umat Muslim Palestina. Tapi tidak pernah saya publikasikan. Sekarang fotonya dimunculkan seolah-olah khilafah. Masyarakat Kabupaten Kediri tahu persis tata kehidupan saya.
Saya sholat tahajud dengan cara NU. Saya tahajud satu minggu sekali diikuti ribuan orang dengan orang berbeda-beda. Kalau keluarga saya (dituduh) khilafah itu nggak tepat.
Bacaini:
Anda merasa diadu domba dengan NU?
Sutrisno:
Saya dengan NU merasa jadi satu. Saya kenal orang NU semua, saya tahajud dengan orang NU semua. Jadi malah yang membuat begitu sama NU malah gak dekat. Seperti dagelan. Kecuali saya tidak dekat dengan warga Kediri. Saya tahujud dengan MWC NU, LDII, Wahidiyah. Berhenti karena ada pandemi ini saja.
Bacaini:
Apa harapan Anda setelah ini?
Sutrisno:
Saya berharap masyarakat melihat apa yang terjadi hari ini sebagai pelajaran. Dan kalau itu nanti ketangkap atau tidak, itu kewenangan kepolisian.
Bacaini:
Di medsos muncul dugaan ini skenario tuan rumah sendiri.
Sutrisno:
Saya santai saja. Orang sudah tahu selama 20 tahun tentang saya, apakah perilaku saya sekotor itu. Tidak diberi penjelasan orang sudah faham. Percayalah itu nanti akan dibuka Tuhan.
Bacaini:
Anda dituding di balik bumbung kosong. Benarkah?
Sutrisno:
Saya itu santai. Diarani peceren yo sembarang (dianggap got terserah). Masa bodoh, asalkan Gusti Allah tidak menganggap saya peceren. Saya tidak gupuh, yakin seratus persen Allah itu ada dan adil. Dan saya tidak pernah berdoa jelek kepada orang yang berbuat jelek kepada saya. Walaupun doa orang terdzalimi itu dikabulkan.
Bacaini:
Bagaimana sikap politik Anda di pilkada nanti?
Sutrisno:
Saya no comment soal itu. Terserah bagaimana, saya tidak ikut-ikut.
Bacaini:
Apa harapan Anda terhadap pemerintahan yang akan datang?
Sutrisno:
Pembangunan Kediri ini gampang, skemanya sudah jadi, tinggal melanjutkan. Termasuk sektor parwisata. Saya pribadi ndak muluk-muluk, selama masih bisa melakukan sholat tajahud bersama masyarakat sudah senang sekali.
Bacaini:
TP3 dibubarkan, ada pendapat?
Sutrisno:
Itu kewenangan pemerintah yang akan datang. Silahkan saja. (HTW)
Comments 1