Bunga dan wanita kerap ditautkan sebagai pasangan sepadan. Bahkan grup musik cadas BIP memilih bunga sebagai padanan wanita dalam lirik lagu 1000 puisi.
“Andai kau jadi bunga, aku pasti jadi kumbangnya,” tulis Bongki, Indra, dan Pay usai memutuskan berpisah dari Slank. Di balik tongkrongan yang norak, ketiganya sangat romantis dalam mencipta lagu.
Kecintaan wanita kepada bunga memang tak bisa dibantah. Selain mewakili perasaan cinta, bunga juga mampu meneduhkan suasana rumah. Tak heran jika hampir semua pasangan menyisakan lahan kecil di rumah untuk menanam bunga.
Ini pula yang membuat keberadaan komunitas pedagang bunga hias di Desa Rembang, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri tak pernah mati. Setiap hari selalu ada pembeli yang berburu bunga hias di sini yang didominasi kaum hawa.
Sentra penjualan bunga hias di Desa Rembang memang layak jadi rujukan. Selain koleksinya yang komplit, harganya juga jauh lebih miring dibanding lapak bunga di kawasan Kota Kediri atau daerah lain.
Tengok saja bunga Aglonema jenis bidadari yang paling banyak diburu saat ini. Bunga bermotif merah muda lembut ini dibanderol Rp 45.000 dengan jumlah daun di atas 5 lembar. Sebab salah satu faktor penentu harga adalah jumlah daun dan ukurannya.
“Saya cek di toko bunga Kota Kediri sudah di atas seratus ribu. Di kota lain harganya bisa lebih mahal lagi,” kata Ririt, penyuka bunga hias asal Mojoroto, Kota Kediri.
Hampir setiap akhir pekan ibu tiga anak ini meminta suaminya mengantar ke Rembang untuk berburu bunga hias. Semua jenis bunga hias ada di sana dengan pilihan yang banyak. Jumlah pedagangnya juga puluhan lapak dengan harga bervariasi.
Jika tak sedang dikejar waktu, jangan asal menyepakati harga yang diminta pemilik lapak. Sebab semua harga bunga di sini bisa ditawar. Bahkan harga antar lapak bunga juga berbeda.
Jumlah pengunjung di sentra bunga Rembang meningkat drastis di akhir pekan seperti ini. Deretan mobil dan kendaraan akan berjejer di sepanjang jalan raya Kediri – Tulungagung yang menjadi lokasi lapak bunga.
Berburu bunga di tempat ini memang menyenangkan. Ririt mengaku bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk berkeliling sebelum memutuskan membeli. “Penjualnya enak, tak memaksa pembeli. Kita juga bisa berdiskusi tentang bunga yang cocok menyesuaikan lahan di rumah,” kata Ririt.
Tak jauh dari sentra bunga, terdapat sentra pembuatan pot, kolam, dan asessoris taman dari semen. Seperti halnya bunga, perabotan di sini sangat murah dibanding harga di perkotaan. Sebagai contoh, tatakan pot berbentuk silinder ukuran sedang dipatok Rp 15.000 per biji. Di lapak tengah kota harganya meningkat hingga Rp 35.000 per biji.
Ini lantaran penjual di tempat ini sekaligus sebagai produsen. Kita bahkan bisa memesan perabot taman sesuai selera dengan harga sepadan. Menarik bukan? (HTW)