Bacaini.id, KEDIRI – Berpasangan, berkeluarga dan memiliki keturunan. Begitulah siklus yang kita kenal selama ini sebagai konsep pernikahan. Tahukah Readers, bahwa di Jepang lagi tren pernikahan dengan konsep baru.
Namanya friendship marriage. Konsep pernikahan yang belakangan ini menjadi pilihan banyak kaum muda Jepang. Readers tentu juga tahu, Jepang tengah mengalami krisis pernikahan dan kelahiran.
Tercatat sekitar 500 pasangan muda Jepang menjalani friendship marriage menurut South China Morning Post. Pernikahan ini tentunya sah secara hukum karena tercatat di negara. Tapi apakah sebenarnya friendship marriage itu?.
Menikah Tanpa Cinta dan Hubungan Seksual
Friendship marriage hanya bersandar pada nilai-nilai dan minat yang sama. Hubungan yang tidak mengutamakan bahkan tidak memberi ruang pada hal-hal romantis seperti pasangan pada umumnya.
Mungkin kita bisa bayangkan orang-orang yang terikat dalam friendship marriage ini adalah sepasang sahabat yang saling mengerti satu sama lain dan kemudian memutuskan tinggal bersama.
Tidak ada hubungan romantis di antara pelaku pernikahan friendship marriage. Benar-benar hanya berdasar pada pertemanan atau persahabatan. Friendship marriage kebanyakan dilakukan oleh individu-individu aseksual (tidak tertarik berhubungan seksual) dan homoseksual.
Lantas kenapa mereka bersepakat untuk menikah?.
Readers, kesepakatan untuk menikah pada pasangan friendship marriage biasanya lantaran adanya dorongan faktor eksternal. Seperti misal hanya ingin menyenangkan keinginan orang tua. Atau karena homoseksual dan sengaja menutupinya dengan pernikahan.
Namun ada juga yang melakukan friendship marriage hanya untuk kebutuhan prestise, yakni mendapatkan citra lebih dewasa demi kemajuan karir.
Walaupun pernikahan yang terjadi tanpa berpondasikan rasa cinta dan hubungan seksual, pasangan friendship marriage memiliki kesepakatan atau komitmen yang disetujui bersama sebelumnya.
Apakah mereka akan tinggal bersama atau tidak, membicarakan pembagian pengeluaran, dan bahkan soal keturunan pun dibicarakan dari awal. Mereka bisa saja bersepakat untuk memiliki anak, namun dengan cara inseminasi buatan. Ada-ada aja ya Readers?.
Open Relationship
Pasangan friendship marriage tidak terikat satu sama lain secara emosional. Karena pernikahan dilakukan tanpa cinta, tentunya masing-masing memiliki ruang privasi sendiri yang satu sama lain harus saling menghormati.
Mereka memiliki kehidupan pribadi yang terpisah dari pasangan sahnya. Masing-masing pihak memiliki hak setara (egaliter) dan terbuka untuk menemukan atau menjalin hubungan romantis dengan orang lain.
Dengan kata lain, mereka melakukan open relationship di mana mereka bisa mencari pasangan lain dan menjalin hubungan romantis dengan bebas.
Walaupun terkesan mempermainkan kesakralan pernikahan, rupanya tren friendship marriage dianggap menjadi salah satu solusi tingginya tingkat depresi dan bunuh diri di Jepang yang banyak dipicu rasa kesepian.
Melalui hubungan pernikahan yang tak biasa ini, kaum muda Jepang merasa telah menemukan jalan keluar dari masalah mental mereka.
Tuntutan untuk segera menikah dari orang tua, derita rasa kesepian karena beban kerja yang tinggi menjadi alasan yang umum bagi seseorang untuk melakukan konsep friendship marriage ini.
Bagaimana menurut kalian, ya Readers? Apakah pernikahan konsep seperti ini bisa menjadi solusi? Mungkinkah berlaku di Indonesia? Atau diam-diam sudah banyak yang melakukannya?.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif