Bacaini.id, BLITAR –Flushing atau penggelontoran air waduk Wlingi dan Lodoyo Kabupaten Blitar bertujuan untuk membongkar sedimen yang ada. Flushing diketahui dimulai pada Senin (20/5/2024) dan ditutup pada 24 Mei 2024.
Dengan flushing tumpukan sedimen 250 -500 ribu meter kubik diharapkan terbawa ke hilir sungai Brantas sekaligus menutup ceruk atau relung yang timbul akibat aktifitas penambang pasir ilegal.
Menurut Kepala Divisi Jasa Asa I Perum Jasa Tirta I Hermawan Cahyo Nugroho, degradasi telah terjadi di dasar sungai Brantas, terutama bagian tengah.
“Kita tahu di Brantas tengah ada degradasi dasar sungai. Sedimen yang kita gelontor bisa mengisi relung-relung dasar sungai yang mengalami penurunan,” ujar Hermawan Cahyo Nugroho kepada wartawan Senin (20/5/2024).
Flushing di dua waduk di Blitar melepas 2,5 juta meter kubik air dari kapasitas 25 juta meter kubik. Selain menambal ceruk-ceruk di dasar sungai Brantas yang tergradasi, flushing untuk memaksimalkan kembali fungsi waduk, yakni sebagai pengendali banjir dan irigasi.
Bendungan Wlingi diketahui memegang peranan penting sebagai tempat pengambilan dan penyediaan air untuk irigasi daerah Lodoyo – Tulungagung Timur seluas 13.000 hektar.
“Ada empat pintu air, intinya semua akan dibuka secara bertahap dalam flushing ini,” terang Hermawan.
Flushing bagi Bendungan Wlingi juga berfungsi sebagai pengatur debit air (after bay) PLTA Sutami dan pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang 2 X 27 MW. Bendungan Wlingi juga berperan untuk pengendali banjir dan pengendali pasir Gunung Kelud. Selain itu juga bermanfaat untuk menjaga perikanan darat dan pariwisata.
Sementara flushing untuk bendungan Lodoyo berfungsi membangkitkan PLTA Lodoyo dengan daya yang terpasang 1 x 4,7 MW. Lodoyo juga memegang peranan penting sebagai pengatur debit (afer bay) PLTA Wlingi.
Dari pantauan di lapangan, kabar adanya flushing didengar warga dan sontak berduyun-duyun mendatangi lokasi. Mereka juga membanjiri sepanjang sungai Brantas untuk mencari ikan yang mabuk lantaran turbulensi air.
Tradisi mencari ikan pada saat flushing dikenal dengan istilah pladu. Hermawan menghimbau warga tidak mendekati sepanjang DAS selama flushing berlangsung, yakni mulai wilayah Blitar, Tulungagung, Kediri, hingga Kertosono dan Jombang.
Sebab pergerakan naik turun debit air dinilai berbahaya. “Cari ikannya ketika aliran sungai sudah normal kembali,” pungkasnya.
Penulis: Solichan Arif