Jaman modern seperti sekarang ini sering kita mendengar tentang feminisme. Feminisme dari kata dasar feminim, identik dengan perempuan. Dimana fisik perempuan yang diberikan oleh Tuhan tidaklah sama dengan fisik laki-laki. Ini menjadikan tugas dan tanggung jawab yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Perbedaan primer fisik perempuan dan laki-laki antara lain fisik perempuan memiliki vagina, ovarium (indung telur), ovum (sel telur), uterus (rahim), menyusui, dan haid, edangkan fisik laki-laki memilki penis, kantung zakar, buah zakar, sperma/mani, dan prostat (kelenjar pengatur pengeluaran sperma dan air seni / kelenjar kemih). Perbedaan fisik ini bersifat mutlak, takdir, bawaan, “buatan” Tuhan. Hal ini tidak dipengaruhi oleh tempat, budaya, waktu, agama, ras/suku/bangsa, dan status sosial. Karenanya tidak bisa berubah dan hanya dimiliki perempuan atau laki-laki saja.
Feminisme sebagai suatu gerakan untuk mewujudkan keseteraan gender antara perempuan dan laki-laki di bidang sosial, politik, dan ideologi. Saat ini telah banyak kita lihat perempuan menjadi pemimpin partai politik, menteri, kepala daerah, anggota DPR, pemimpin bank, engeneering, pilot, dokter, scientist, dan lain-lain, tanpa perbedaan dengan laki-laki dalam berkarir. Hal ini suatu hal dapat kita banggakan sebagai perempuan Indonesia.
Namun tidak sedikit permasalahan yang muncul atas gerakan feminisme itu sendiri. Feminisme dianggap hanya mewakili kaum perempuan yang terpelajar, berkulit putih, dan dari kalangan menengah ke atas saja. Perempuan pulang malam, merokok dan perempuan minum-minuman keras di pub sebagai hal yang biasa dan dipersamakan dengan laki-laki. Bahkan telah muncul secara terang-terangan perilaku hubungan seksual perempuan sesama jenis, yakni lesbian, di daerah-daerah.
Pertanyaannya, apakah ini sebagai dampak negatif dari feminism yang berlebihan, yang harus diluruskan, agar tidak menjadi lebih buruk lagi. Serta bagaimana seharusnya mengawal gerakan feminisme sebagai wujud persamaan gender dalam sosok perempuan ciptaan Allah SWT dalam kehidupan modern seperti sekarang ini.
Islam memberikan semua jawaban dari pertanyaan di atas melalui Al-Qur’an dan Hadist, yang tentunya akan membuat kita menyadari betapa besar nikmat Allah SWT yang telah menghadirkan Rasulullah SAW sebagai penerang kegelapan. Al-Quran Surat Al-A’raaf (7) ayat 172 menjelaskan tentang bagaimana manusia diciptakan.
Terdapat 2 unsur dalam penciptaan manusia, yaitu jasad / fisik dan roh, serta disempurnakan dengan akal untuk berpikir. Sehingga sangat jelas konsekuensi yang muncul sebagai manusia baik laki-laki maupun perempuan yaitu dengan karunia akal untuk berpikir dari Allah SWT yang membedakan manusia dengan binatang dan tumbuhan-tumbuhan. Dimana dalam memenuhi kebutuhannya, manusia harus dapat membatasi, yakni harus sesuai aturan syari’ah. Dan semua yang manusia lakukan baik pemenuhan kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan rohaninya, akan dipertanggungjawabkan hari kiamat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a. dalam Hadist Bukhari disampaikan bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam rumahnya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Pembantu adalah pemimpin dalam kekayaan majikannya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya”.
Dari hadist ini sangat jelas disampaikan bahwa perempuan atau wanita memiliki tugas utama, yakni pemimpin di rumah suaminya. Namun bagaimana dengan kebutuhan jasmani atau kebutuhan hidup yang tidak cukup dari suami saja? Sebagaimana yang ada pada jaman seperti sekarang ini, banyak sekali wania bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, bahkan menjadi tulang punggung keluarga.
Poin penting dalam hadist tersebut sudah sangat jelas, asal wanita dapat mempertanggungjawabkan diri sebagai pemimpin di rumah suaminya. Oleh karena itu, ijin suami menjadi hal mutlak, ketika istri berkarir di luar rumah. Islam telah memberikan banyak teladan wanita muslim yang dapat menjadi teladan bagi kita semua, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, dan ideologi.
Dalam Islam terdapat 4 (empat) wanita ahli surga, sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadist riwayat Hakim dan Muslim bahwa “Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khawalid, dan Asiyah”. Dimana kisah keempat wanita ahli surga tersebut dapat menjadi teladan dalam menempatkan diri bagi perempuan muslim saat ini.
Dengan kemampuan intelektual yang dimiliki wanita muslim saat ini, tidak menutup kemungkinan untuk berkiprah di bidang sosial, politik, dan ekonomi. Dengan demikian diharapkan perempuan dan feminisme dapat seiring dengan syari’at Islam dan mampu memberikan kemaslahatan bagi generasi perempuan selanjutnya dan bagi seluruh umat manusia.
Penulis : Dr. Hj. Nisa Mutiara, S. Sos., MSi.
Dosen Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Islam Kadiri