Bacaini.id, BLITAR – Satu dari tiga foto detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 masih tersimpan baik di Layanan Memorabilia UPT Perpustakaan Nasional Proklamator Bung Karno di Kota Blitar.
Kalau berziarah ke Makam Bung Karno dan kemudian mengunjungi perpustakaan, foto bersejarah itu bisa dilihat secara langsung, yakni terpajang bersama artefak sejarah Bung Karno yang lain.
Foto itu merupakan karya dua bersaudara Alexiux Impurung Mendur dan Frans Soemarto Mendur asal Sulawesi Utara. Foto-foto yang lolos dari perampasan militer Jepang itu diambil melalui kamera analog Leica.
Ada cerita menarik dibalik pengambilan momentum paling bersejarah bangsa Indonesia itu.
Mendur bersaudara melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, yakni karena militer Jepang melarang dokumentasi dalam bentuk apapun. Kedua fotografer itu mendatangi Pegangsaan Timur lebih awal.
“Alex dan Frans mengetahui informasi akan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan itu pada dini hari dan menuju tempat dibacakannya teks proklamasi sekitar pukul 7 pagi dengan kamera Leica miliknya,” tutur Pustakawan Terampil UPT. Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Yuhana Fajar Purinda.
Frans bekerja dengan cepat. Ia berhasil mengabadikan banyak momentum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Mulai pembacaan teks, pengibaran sang saka merah putih hingga suasana di lokasi, semua berhasil diabadikan.
Seperti yang tercatat dalam sejarah kemerdekaan, selain Soekarno dan Hatta, Latief Hendraningrat dan SK Trimurti yang kelak menjadi Menteri Perburuhan Indonesia, berada lokasi.
“Satu roll foto miliknya sampai penuh,” terang Yuhana. Sayang, aktifitas keduanya tercium tentara Jepang. Sadar bakal menghadapi penggeledahan sekaligus perampasan, tiga roll film negatif cepat-cepat disembunyikan.
“Diceritakan pada saat itu kamera dan roll film milik Frans akan dirampas sehingga ia sempat mengamankan tiga film negatif miliknya,” ungkap Yuhana.
Roll film negatif itu disembunyikan di sebuah taman di depan kantor berita Antara. Posisi roll film itu dikubur. Entah bagaimana selanjutnya, yang pasti pada 19 Februari 1948, foto-foto itu terpublikasi.
Salah satu foto yang memperlihatkan pengibaran bendera saat Proklamasi berkumandang itu, hingga kini tersimpan di ruang layanan Memorabilia. Yuhana menuturkan, foto itu didapat dari Yayasan Idayu Jakarta pada 2005. Foto terbingkai dengan kondisi menempel kaca sisa pigura yang lama.
“Foto itu dulunya diberikan oleh Yayasan Idayu Jakarta. Untuk menjaga foto tidak rusak, pihak kami memasang pigura tanpa melepas sisa kaca pigura yang pecah di dalamnya,” pungkasYuhana.
Penulis: Azis
Editor: Solichan Arif