Muncul pertanyaan dari Masyarakat tentang bukti jual beli tanah berupa akta jual beli yang hilang. Apakah prosesnya sama dengan pengurusan sertifikat yang hilang? Jawabnya tidak sama.
AKTA JUAL BELI
Akta jual beli menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah surat tanda bukti berisi keterangan tentang peristiwa jual beli.
Akta Jual Beli (“AJB”) sendiri bukanlah merupakan bukti kepemilikan atas sebidang tanah, namun merupakan suatu akta otentik yang memuat suatu peristiwa terjadi peralihan hak melalui peristiwa hukum berupa jual beli.
PROSES PEMBUATAN AJB
Wewenang untuk membuat AJB adalah pada Pejabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”) berdasarkan Pasal 2 PP 37/1998. Berdasarkan Pasal 21 ayat (3) PP 37/1998, ditegaskan bahwa akta PPAT dibuat dalam bentuk asli sebanyak 2 lembar, yaitu:
- lembar pertama sebanyak 1 rangkap disimpan oleh PPAT yang bersangkutan; dan
- lembar kedua sebanyak 1 rangkap atau lebih menurut banyaknya hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta, yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, atau dalam hal akta tersebut mengenai pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan, disampaikan kepada pemegang kuasa untuk dasar pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan, dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat diberikan salinannya.
KESIMPULAN
Dari rangkaian diatas dapat disimpulkan bahwa bianya PPAT membuat AJB lebih dari satu, dan disisi lain memiliki minuta akta, sehingga pihak yang berkepentingan dapat memperoleh Salinan atau turunan. Dalam prakteknya untuk mendapatkan hal tersebut dikembalikan kebijakannya ke masing-masing PPAT. Ada yang dengan memberikan surat pernyataan kehilangan, ada juga yang melampirkan surat laporan kehilangan dari kepolisian.
Untuk diketahui, AJB merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang kuat dalam sengketa keperdataan, termasuk juga sertifikat tanah yang memiliki bukti yang sempurna.