PBacaini.id, KEDIRI – Sebuah rumah senilai Rp200 Juta di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri dihancurkan hingga rata dengan tanah. Rumah tersebut merupakan harta gono-gini milik mantan pasutri Binti Makrifah dan Alip Febri.
Bangunan berukuran 15×10 meter itu dirobohkan setelah beberapa kali mediasi dilakukan tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya disepakati untuk dirobohkan dalam surat perjanjian yang disaksikan oleh Kepala Desa Pranggang.
Mohammad Rofian selaku kuasa hukum Binti Makrifah menjelaskan, rumah yang dirobohkan dibangun bersama saat pihak yang bersengketa menjadi pasangan suami istri. Sehingga setelah perceraian rumah merupakan harta gono-gini bersama.
“Sebelum sepakat dirobohkan, klien kami menginginkan rumah itu diatasnamakan anak. Namun pihak keluarga mantan suami keberatan karena tanah tersebut merupakan milik orang tuanya (bapak dari Alip),” kata Rofian di lokasi pembongkaran hari ini, Selasa, 18 Juli 2023.
Setelah itu, Alip menawarkan ganti rugi uang senilai Rp10 Juta. Dinilai terlalu kecil, Binti menolak dan menawarkan uang ganti rugi dengan nominal yang lebih tinggi. Lagi-lagi hal itu tidak menghasilkan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Menurut Rofian, keputusan untuk membongkar rumah juga tidak berjalan lancar dan sempat terjadi perdebatan, karena Alip tidak mau memberikan uang untuk biaya pembongkaran. Untuk mempercepat prosesnya, pembongkaran secara keseluruhan dibiayai oleh Binti.
Sedangkan untuk sejumlah perabot rumah, seperti gawang pintu dan jendela yang masih bisa dimanfaatkan, lanjutnya, telah terlebih dahulu diambil untuk dihibahkan kepada organisasi sosial.
“Klien kami membiayai keseluruhan pembongkaran, untuk perabot yang masih dapat digunakan, seperti daun pintu, jendela dan atap dihibahkan ke organisasi sosial Lazisnu,” imbuhnya.
Penulis: AK.Jatmiko
Editor: Novira