Carut marut persepakbolaan Indonesia terbilang cukup lama. Puncaknya, Polri membentuk Satgas Anti Mafia Bola yang digawangi Mabes Polri dan Polda Metro Jaya pada tahun 2018. Ini adalah upaya pamungkas untuk membersihkan persepakbolaan dari campur tangan mafia.
Sejak beroperasi hingga dibubarkan pada tahun 2020, Satgas Anti Mafia Bola sudah menyeret puluhan orang ke kursi pesakitan. Mulai dari wasit, pemain, pemilik klub, hingga official klub menjadi tersangka suap pertandingan.
Jauh sebelum mafia bola digulung, Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) pernah menjatuhkan sanksi kepada tim nasional Indonesia. Sanksi tersebut merupakan buntut konflik antara PSSI dengan pemerintah melalui Kemenpora, dimana Menpora Imam Nahrawi mengeluarkan Surat Keputusan nomor 0137 tentang pembekuan PSSI pada 17 April 2015. Pemerintah memutuskan untuk turun tangan karena adanya perebutan kekuasaan di PSSI.
Sanksi kedua dari FIFA nyaris turun ketika insiden kemanusiaan yang menewaskan 135 suporter kesebelasan Arema Malang pecah pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang. Jika saja Presiden Joko Widodo tidak turun tangan membantu memberi klarifikasi kepada FIFA, maka nasib PSSI dipastikan di ujung tanduk.
“FIFA kali ini membantu Indonesia,” kata Erick Tohir, Ketua Umum PSSI yang baru saja terpilih dalam program wawancara Mata Najwa.
Penunjukan Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI periode 2023 – 2027 menjadi harapan baru dilakukannya reformasi di tubuh PSSI. Organisasi induk sepak bola tanah air ini tengah digerogoti kanker stadium berat saat Erick Thohir terpilih sebagai nahkoda.
Bagi Erick, menjadi Ketua Umum PSSI merupakan jalan pedang, mengingat masih banyaknya orang-orang lama di kepengurusan barunya, yang notabene menjadi bagian dari persoalan PSSI. Apalagi perhelatan Piala Dunia U21 dimana Indonesia menjadi tuan rumah kian dekat.
Meski belum teruji, kehadiran Erick Thohir mulai mengembalikan kepercayaan publik bola tanah air kepada PSSI yang sempat hilang. Kemampuannya mengelola olah raga, kefasihannya berbahasa Inggris, serta kekuatan jaringan internasional yang dimiliki menjadi modal kuat Erick Thohir menjalankan Softpower Diplomacy di kancah dunia.
Bahkan harapan Indonesia bersama negara tetangga menjadi host countries (penyelenggara) dalam putaran World Cup mendatang tak sekedar impian. Tentu saja didahului dengan perbaikan kualitas timnas Indonesia.
Komitmen Erick Thohir untuk menghapus ruang gerak mafia bola di tubuh PSSI juga tak main-main. Dia bahkan sudah mengisyaratkan untuk memperbaiki peraturan atau regulasi yang dapat merugikan organisasi. Seperti memberi batasan masa jabatan Ketua PSSI maksimal dua periode sebagai upaya menciptakan regenerasi dan mencegah politik dinasti dalam persepakbolaan Indonesia. Sebab dominasi kekuasaan inilah yang menjadi ruang masuknya mafia yang merusak tatanan kompetisi selama ini.
Potensi kecurangan dalam pertandingan juga bisa ditangkal dengan penggunaan teknologi VAR (Video Assistant Referee) atau Asisten Wasit Virtual di lapangan. Keberadaan kamera teknologi tinggi ini akan mampu memantau kecurangan pemain, serta mengurangi tindakan dan pengkondisian wasit saat memimpin pertandingan.
Sebab faktanya masih ada kekhawatiran sejumlah wasit tidak akan diturunkan kembali ke lapangan jika tidak ‘kooperatif’ terhadap klub-klub besar. Tentu saja upaya ini harus diimbangi dengan meningkatkan kesejahteraan wasit agar tak mudah disuap.
PSSI ke depan juga diharapkan mampu memberikan jaminan masa depan pemain sepak bola, menetapkan standarisasi honor team official, serta membuat standar keamanan dan keselamatan persepakbolaan Indonesia.
Di luar lapangan, PSSI harus mampu mengkonsolidasikan suporter sebagai pemain kedua belas yang tak bisa dipisahkan dari klub sepak bola. Sebab upaya memperbaiki persepakbolaan tak cukup dengan mereformasi PSSI, melainkan dibarengi perubahan perilaku suporter menjadi lebih sehat dan sportif.
Sudah saatnya semua pihak menyingsingkan lengan baju untuk menata kembali sepak bola Indonesia. Hingga tiba saatnya sepak bola kita disegani di mata internasional.
Penulis: Danny K Wibisono*
*)Pecinta Olah Raga Indonesia
Chairman of Respect Basketball Academy
Tonton video: