• Login
  • Register
Bacaini.id
Friday, June 6, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

Sejarah Masuknya Etnis Tionghoa di Tulungagung

ditulis oleh Editor
08/12/2022
Durasi baca: 3 menit
558 36
1
Sejarah Masuknya Etnis Tionghoa di Tulungagung

Salah satu warga etnis Tionghoa berdoa di Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung. Foto: Bacaini/Setiawan

Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Masyarakat etnis Tionghoa di Tulungagung ternyata sudah ada sejak ratusan tahun silam. Alasan kedatangan mereka tentu saja untuk mengubah nasib melalui sektor perdagangan.

Penulis buku Babad Tulungagung, Agus Ali Imron menceritakan etnis Tionghoa pertama kali masuk ke Tulungagung pada tahun 1846. Mereka datang melalui jalur Sungai Brantas yang terhubung dengan Sungai Ngrowo Tulungagung.

“Jadi etnis Tionghoa masuk ke Tulungagung melalui transportasi sungai. Mereka datang dari Kediri mengunakan transporatasi sungai,” kata Agus kepada Bacaini.id, Kamis, 8 Desember 2022.

Menurut Agus, etnis Tionghoa datang ke Tulungagung untuk berdagang dengan membawa tiga komoditi unggulan berupa kopi, garam dan minyak. Bahkan melalui politik dagang ini mereka bisa leluasa berdagang meski saat itu Indonesia masih dalam masa penjajahan kolonial Belanda.

“Melalui komoditi yang dibawa, etnis Tionghoa bisa hidup berdampingan dengan Belanda,” terangnya.

Agus menyebut, pada masa itu, pusat perdagangan etnis Tionghoa berada di dekat Sungai Ngorowo, yang saat ini berada di kawasan Pasar Wage, Tulungagung. Bahkan kawasan itu juga menjadi pusat keberadaan mereka di Tulungagung.

“Dulu kawasan Pasar Wage merupakan tempat keberadaan gudang kopi, garam dan minyak masyarakat etnis Tionghoa. Kawasan tersebut sudah banyak berubah menjadi pertokoan yang sampai sekarang juga masih dihuni mayoritas masyarakat etnis Tionghoa,” paparnya.

Dijelaskannya, setelah 20 tahun berjalan atau sekitar tahun 1864, untuk pertama kalinya masyarakat etnis Tionghoa mendirikan sebuah klenteng bernama Tjoe Tik Kiong. Klenteng tersebut berhadapan langsung dengan Sungai Ngrowo yang masih satu kawasan dengan Pasar Wage, pusat perdagangan etnis Tionghoa di Tulungagung.

“Saat ini usia Klenteng Tjoe Tik Kiong berkisar 176 tahun. Di mana klenteng tersebut menjadi pusat ibadah etnis Tionghoa di Tulungagung,” tuturnya.

Selain perdagangan, masyarakat etnis Tionghoa juga menggunakan kebudayaan untuk dapat membaur bersama masyarakat lokal. Diantaranya kesenian barongsai dan wayang potehi yang sampai saat ini masih dapat dijumpai.

“Bahkan ketika Imlek, masyarakt etnis Tionghoa juga membagikan sembako kepada tetangga sekitar. Budaya itu masih jalan sampai sekarang,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu warga etnis Tionghoa di Tulungagung, Liem Giok Bien menambahkan, masuknya masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia khususnya di Tulungagung bertujuan untuk mengubah nasib. Pasalnya, domisili asli mereka sudah padat, sehingga mau tidak mau mereka harus pindah.

“Kalau dalam cerita keluarga, orang etnis Tionghoa pertama kali masuk ke Indonesia itu sudah campuran antara etnis cina dan jawa. Sedangkan saya ini sudah keturunan ke-4, jadi sudah banyak campuran dari etnis aslinya,” ujarnya.

Pria yang juga akrab dipanggil Kuwato itu mengungkapkan, marga Tionghoa akan tetap terjaga dari anak laki-laki keturuanan mereka. Sedangkan marga Tionghoa akan hilang jika anak turun mereka perempuan.

“Marga ini simbol penerus etnis Tionghoa. Sedangkan yang dapat meneruskan marga hanyalah anak turun laki-laki,” pungkasnya.

Penulis: Setiawan
Editor: Novira

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: masyarakat etnis tionghoaTulungagung
Advertisement Banner

Comments 1

  1. Pingback: Orion Luncurkan Roti Khusus Perayaan Natal - Bacaini.id

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

Perjamuan Sindhunatan, Perhelatan Kebudayaan Yang Menghidupkan Gagasan Untuk Wong Cilik

Perjamuan Sindhunatan, Perhelatan Kebudayaan Yang Menghidupkan Gagasan Untuk Wong Cilik

Sejarah Seni Minimalis: Jejak Awalnya dari De Stijl Belanda

Sejarah Seni Minimalis: Jejak Awalnya dari De Stijl Belanda

Waspadai Kanker Prostat, Penyakit yang Sering Mengintai Pria 50+

Waspadai Kanker Prostat, Penyakit yang Sering Mengintai Pria 50+

  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15307 shares
    Share 6123 Tweet 3827
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16577 shares
    Share 6631 Tweet 4144
  • Pamer Hummer Listrik 4,5 M, “Rahasia” Ketenaran Gus Iqdam Dibongkar Netizen

    10856 shares
    Share 4342 Tweet 2714
  • Warna Bulu Kucing Ternyata Menunjukkan Wataknya

    4959 shares
    Share 1984 Tweet 1240
  • Kasus Korupsi Blitar: Jaksa Periksa Adik Tokoh Ponpes Tulungagung

    625 shares
    Share 250 Tweet 156

 

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist