Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Indonesia, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun ternyata, di Tulungagung diperkirakan masih banyak ABK yang belum mendapatkan hak pendidikan.
Perkiraan itu muncul karena beberapa hal seperti faktor ekonomi, kesadaran orang tua hingga masih adanya orang tua yang merasa malu karena anaknya tumbuh menjadi anak berkebutuhan khusus, sehingga memilih menyembunyikannya dari dunia luar.
“Beberapa waktu kami pernah menjumpai ada ABK yang tidak disekolahkan oleh orang tuanya. Dan kami memperkirakan masih banyak ABK di Tulungagung yang belum disekolahkan,” ujar Ketua Panitia Hari Peringatan Disabilitas Internasional (HDI) di Tulungagung, Suroto, Selasa, 6 Desember 2022.
Menurutnya, meski belum melakukan pendataan secara rinci, ada beberapa wilayah yang masih minim kesadaran untuk menyekolahkan ABK. Diantaranya di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo.
“Saya belum tahu persis berapa jumlah ABK yang belum sekolah di Tulungagung. Tetapi di Jawa Timur angka ABK yang belum sekolah itu mencapai 54 persen,” terangnya.
Pria yang juga menjadi Kepala SLB C Negeri Tulungagung itu menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat ABK belum sekolah. Yakni, minimnya kesadaran orang tua, ekonomi keluarga, hingga masih ada orang tua yang menganggap anaknya adalah aib, khususnya jika berada di dunia luar.
“Kalau ABK yang sudah sekolah itu, hampir 90 persen orang tuanya sadar pentingnya pendidikan. Justru seharusnya orang tua mengenalkan anaknya ke dunia luar, agar mereka dapat berkembang dan meningkatkan kompetensi mereka,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Cabdindik Wilayah Tulungagung-Trenggalek, Sindhu Widyabadra menambahkan, saat ini total ABK yang sudah mendapatkan pendidikan di SLB Tulungagung mencapai 600 siswa. Mereka tersebara di 12 SLB di Tulungagung.
“Saat ini yang dibutuhkan SLB adalah pendidikan vokasi khusus, agar mereka dapat bersaing di dunia kerja,” ujar Sindhu singkat.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira