Bacaini.id, KEDIRI – Keberadaan suporter sepak bola di dalam stadion menjadi faktor penentu kemenangan tim. Nyanyian mereka dari tribun penonton menjadi genderang perang yang membuat pemain mendongakkan kepala.
Di Stadion Brawijaya Kediri, nyanyian atau chant yang diteriakkan di tribun penonton mampu membuat stadion menjadi ungu. Tak sekedar menggelora, lagu-lagu mereka digubah dari lagu yang sedang populer agar easy listening (enak didengar).
Lagu Iwak Peyek, Di Sini Senang Di Sana Senang, serta Garuda di Dadaku, adalah chant yang paling sering dinyanyikan Persikmania. Kemampuan mereka dalam menggubah lagu patut diapresiasi dengan iringan musik yang rancak.
Bukan itu saja. Kemampuan dan kekompakan Persikmania juga teruji dalam membuat gerakan yang atraktif selama musik berlangsung. Alhasil pertunjukan mereka mampu menembus hingga tengah lapangan, membakar semangat juang para pemain hingga penghabisan.
Salah satu chant andalan yang kerap menggetarkan tribun adalah Noktah Hitam. Lagu ini dinyanyikan sambil membentangkan kertas dengan pola tertentu, membentangkan syal, atau cukup melompat kecil di tribun sambil berangkulan.
Chant ini diketahui pertama kali diperkenalkan tahun 2013 dan diupload oleh salah satu akun kelompok suporter Cyber Extreme. Setelah bertahun-tahun, chant ini berhasil membuat Persikmania terhipnotis hingga terharu. Tengok saja liriknya berikut ini:
Nokta hitam panji ungu kami, Di langit senja bumi Kediri, Djojo ing bojo, Projo agni, Djajati Persik Kediri.
Dua bait pertama memiliki makna “Bercak hitam di bendera kebesaran Persik Kediri, Di langit senja bumi Kediri”. Sedangkan “Djojo ing bojo” adalah salah satu kata yang ada di lambang Kota Kediri yang bermakna “Berhasil mengalahkan Marabahaya”.
Sedangkan Projo memiliki arti Kota sedangkan Agni memiliki arti Api. Projo agni ini mengarah pada nama Kota Dhaha, Kerajaan Kadiri. Meski secara tersurat arti Projo Agni adalah kota api, ada beberapa Persikmania yang lebih senang mengartikannya sebagai kota yang penuh semangat membara.
Sedangkan bait terakhir bermakna “Persik Kediri menang”. Djajati sendiri tersemat di dalam Prasasti Ngantang (1135 M atau 1057 tahun saka). Di sana terdapat kata “Panjalu Jayati” yang berarti “Kediri Menang”.
Secara keseluruhan makna chant ini cukup dalam. Di dalamnya tersirat kebanggaan sekaligus harapan dan doa dari supporter agar Tim Macan Putih bisa meraih kemenangan di setiap pertandingan.
Nokta Hitam ini juga menjadi satu-satunya chant berbahasa sansekerta dan sarat akan sejarah Kota Kediri. Hal ini membuat Persikmania sangat bangga memiliki chant yang unik dan tidak ada yang menyamai. Meski dari segi melodinya hampir sama dengan lagu “Avanti Ragazzi di Buda” yang sering digunakan sebagai chant klub supporter luar negeri.
Penulis: Dina Rosyidha
Editor: HTW
Tonton video: