Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Ribuan hektare lahan tanaman tembakau milik petani di Tulungagung terendam banjir. Mereka terpaksa gigit jari karena terancam gagal panen atau puso.
Kondisi ini dirasakan Puji, petani tembakau di Desa Ngranti, karena akhirnya dia terpaksa melakukan panen dua minggu lebih awal. Jika tidak segera dipanen, tanaman tembakau akan terancam mati karena tidak tahan dengan lahan yang terendam air.
“Tanaman tembakau itu tidak tahan dengan air yang banyak. Kalau kondisi lahannya banjir, tanaman tembakau pasti layu, akhirnya terpaksa panen lebih awal,” kata Puji ditemui Bacaini.id, Selasa, 11 Oktober 2022.
Meski begitu, menurutnya dengan panen lebih awal ini tetap akan berdampak pada kualitas tembakau. Tentu saja, jika kualitas tembakau tidak maksimal, secara otomatis akan mempengaruhi harga tembakau di pasaran.
“Normalnya harga tembakau itu Rp600 ribu sampai Rp700 ribu per kwintal. Sekarang ini harganya hancur, hanya Rp500 ribu per kwintal,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian (Dispertan) Tulungagung, Gatot Rahayu menyebutkan, untuk saat ini data luasan tanaman tembakau yang terdampak banjir mencapai 1.226 hektare. Lahan tembakau yang terdampak banjir tersebar di 20 desa di empat kecamatan.
“Dampak banjir paling parah terjadi di Kecamatan Campurdarat, ada 500 hektare lahan tembakau yang terendam banjir,” ujarnya.
Gatot mengungkapkan, tanaman tembakau sangat rentan puso jika terkena air dengan jumlah banyak. Bahkan kemungkinan terburuknya, para petani tembakau akan mengalami gagal panen. Mirisnya, rata-rata tanaman tembakau yang terendam banjir sudah memasuki 30 hari hingga masa mendekati panen.
“Maka dari itu, kami mengimbau kepada petani tembakau yang saat ini terdampak banjir, untuk segera melakukan panen lebih awal. Agar kondisi gagal panen tembakau bisa diminimalisir,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira