Bacaini.id, JOMBANG – Temuan sumur tua di Pondok Pesantren Yayasan Salafiyah Syafi’iyah KH Abdul Hadi, Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek Jombang bikin heboh warga. Sumur kuno ditemukan di kedalaman sekitar dua meter dari permukaan tanah.
Pengasuh Ponpes, Ahmad Makhrus mengatakan sumur tersebut ditemukan oleh pekerja bangunan yang sedang melakukan penggalian untuk resapan septic tank di area pesantren. Saat itulah terlihat struktur bangunan batu bata kuno berbentuk lingkaran menyerupai sumur.
“Saat digali lebih dalam, ada sumber air yang cukup deras,” kata Makhrus kepada Bacaini.id, Selasa, 04 Oktober 2022.
Menurutnya, sumur tersebut ditemukan setelah beberapa pihak pesantren membangun resapan untuk bangunan asrama santri. Saat menggali lokasi yang dimaksud, cangkul pekerja mengenai bangunan yang masih tertata rapi.
Karena penasaran, para pekerja terus menggali bangunan hingga membentuk lubang dengan diameter sekitar satu meter lebih. Pada sisi bangunan tampak batu bata berukuran besar, berbentuk sedikit melingkar mengikuti bentuk bangunan sumur.
“Mungkin bangunan era Majapahit atau setelahnya, yakni masa Raden Patah,” duganya.
Makhrus juga mengungkapkan, selain sumur, tidak jauh dari lokasi temuan sumur juga sering ditemukan benda-benda kuno. Pernah ditemukan senjata pusaka berupa keris, batu akik bahkan juga perhiasan seperti kalung dan gelang kuno.
“Ada juga bokor dari kuningan yang sampai sekarang masih tersimpan di pesantren,” terangnya sambil menunjukkan benda menyerupai mangkok.
Dari temuan-temuan itu, warga menduga jika di kawasan sekitar pesantren pernah ada bangunan bangsawan atau kerajaan dieranya. Kesimpulan ini semakin menguat ketika barang-barang kuno dan struktur sumur ditemukan di kawasan yang tidak saling berjauhan.
Meskipun sumur tersebut terbilang benda cagar budaya yang diperkirakan peninggalan zaman dulu, pemilik yayasan memilih untuk kembali menimbunnya. Karena letak sumur itu berada tepat di pondasi rumah dan pesantren.
“Khawatir jika terus digali malah akan mengancam pondasi rumah. Bisa-bisa ambles dan pasti akan menganggu proses belajar santri,” dalihnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira