Bacaini.id, JOMBANG – Seorang anggota TNI di Jombang sukses beternak ayam hias jenis ringneck pheasant. Berkat ketekunannya, penghasilan yang didapat dari beternak ayam hias bisa mencapai lebih dari Rp5.000.000 perbulan.
Ditemui di kediamannya, Sugiono, warga Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Jombang terlihat sedang sibuk dengan ternaknya. Beternak ayam hias menjadi pilihan pria 57 tahun ini untuk menjadi kesibukannya setelah purna tugas sebagai TNI.
“Mulai bulan Januari tahun depan saya resmi pensiun. Ternak ayam ini sengaja saya mulai dimasa persiapan pensiun (MPP) sekarang ini,” terang Anggota Kodim 0814 Jombang ini kepada Bacaini.id, Minggu, 11 September 2022.
Sugiono mengatakan, ayam hias jenis ringneck pheasant masih belum banyak dijual di pasaran. Sehingga, permintaannya pun terbilang cukup tinggi.
Selain itu, cara memelihara ayam hias ini juga tidak jauh berbeda dengan unggas lain seperti ayam kampung maupun itik. Namun, ringneck pheasant tidak suka air dan tempat kotor.
“Pakan dan minumnya sama saja, tapi kandangnya harus tetap kering dan bersih. Ayam ini tidak suka basah-basah, bertelurnya juga tidak di sarang, cukup di atas tanah,” jelasnya.
Menurutnya, faktor utama yang menarik sekaligus membuat harga ayam hutan asal Negeri Tibet ini adalah warna bulunya yang khas. Selain itu, unggas ini akan tumbuh dengan ekor panjang yang bahkan bisa mencapai 60 cm.
“Faktor utama memang warna bulu. Semakin indah, harganya semakin mahal,” imbuhnya.
Sugiono mengungkapkan, ayam hias jenis ini tidak mau mengerami telurnya sendiri, sedangkan cangkang telurnya lebih tebal jika dibandingkan dengan itik maupun entok. Kendala itulah yang paling terasa sejak dia memutuskan beternak ayam ringneck pheasant.
“Pernah saya coba pakai itik api juga tidak menetas. Waktu coba pakai entok, bisa menetas, tapi sulit cari entok yang sedang mengerami telur,” ungkapnya.
Tak cukup sampai di situ, kemampuan entok untuk mengerami telur juga terbatas, maksimal 20 butir. Padahal ayam hias yang dibudidayakannya sekali bertelur bisa sampai 30 butir.
“Pakai entok juga sering gagal, karena ketika telur mulai menetas malah dimangsa pejantannya, ya sudah, habis,” keluhnya.
Namun seiring berjalannya waktu, pada akhirnya Sugiono berhasil menemukan solusi dengan menggunakan alat penetas mirip oven yang dirakitnya sendiri. Hanya dengan mengatur suhu yang tepat, telur ayam dipastikan menetas secara aman.
Meskipun belum mengembangkan peternakannya setaraf peternak besar, namun hasil ayam hias ringneck pheasant miliknya kini susah cukup banyak mewarnai pasaran baik secara online atau offline.
“Pemesan tinggal pilih warna dan usia. Dua faktor itu yang paling menentukan harga,” ujarnya.
Sedangkan untuk penjualan, sepasang ayam hias ringneck pheasant usia 2-3 bulan dijualnya dengan harga Rp600.000. Sepasang ayam dewasa siap produksi dibandrol harga Rp3.000.000.
Lebih lanjut, Sugiono mengakui pasar ayam hias yang memang cukup bagus membuat permintaan terus mengalir. Biasanya, dalam satu bulan dia bisa menerima tiga sampai lima pasang ayam dengan harga bervariatif sesuai keinginan pemesan.
“Permintaan paling banyak justru dari luar Jombang. Selama ini saya sudah pernah kirim paling jauh ke Semarang dan Pati, Jawa Tengah. Alhamdulillah produksinya bagus,” tandasnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira