Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Kasus orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Tulunggaung saat ini sudah mencapai 3.150 orang. Meski sudah banyak masyarakat yang bisa menerima ODHA di lingkungan, namun ODHA masih rawan mengalami diskriminasi hingga lebih memilih menutup diri.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Tulungagung, Ifada Nur Rohmaniah mengakan bahwa potensi diskriminasi dan stigma kepada ODHA di Tulungagung masih sangat rentan terjadi. Pasalnya, beberapa masyarakat masih memiliki ketakutan dengan ODHA.
“Dulu pada 2006 saat pertama kali kasus HIV-AIDS di temukan di Tulungagung, diskriminasi terhadap ODHA sangatlah tinggi. Seperti cerita salah satu ODHA, dulu kalau dia berada diantara kerumunan, pasti kerumunan itu bubar. Bahkan bekas duduknya juga dipel, ya memang sampai sebegitunya ODHA mendapatkan diskriminasi,” ungkap Ifada kepada Bacaini.id, Jumat, 1 Juli 2022.
Ifada menjelaskan, tingkat diskriminasi dan stigma terhadap ODHA di Tulungagung saat ini bisa dikatakan sudah mulai berkurang, meski terjadi secara bertahap. Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan potensi diskriminasi kepada ODHA.
Salah satunya dengan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat melalui tokoh masyarakat juga tokoh agama dengan melibatkan ODHA dalam sosialisasi tersebut.
“Secara perlahan, kami mencoba menghilangkan stigma masyarakat kepada ODHA. Hasilnya, pandangan masyarakat terhadap ODHA sudah jauh berbeda,” terangnya.
Meki diskriminasi sudah mulai berkurang, perempuan yang berprofesi sebagai psikolog itu mengungkapkan dari 3.150 ODHA, masih ada sekitar 2.150 ODHA yang masih menutup diri dari lingkungan. Artinya, ODHA yang sudah mulai terbuka kepada lingkungan masih minoritas.
“Memang ada banyak faktor yang harus disiapkan agar ODHA bisa terbuka kepada lingkungan, karena tentu saja butuh proses. Tapi saat ini sudah ada 300 ODHA yang kini ikut berperan aktif dalam kegiatan penanggulangan HIV-AIDS,” ujarnya.
Lebih lanjut, untuk menguatkan mental dan rohani ODHA di Tulungagung, KPA juga menggelar sejumlah kegiatan, seperti majelis taklim sinau agama. Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi sarana ODHA untuk melakukan sosialisasi dengan lingkungan yang terbuka.
“Diskriminasi terhadap ODHA harus dilawan bersama-sama diseluruh elemen masyarakat. Karena ODHA memiliki hak yang sama dengan masyarakat lainya. Saya juga berpesan kepada ODHA untuk menjaga kesehatanya dengan meminum rutin obat ARV,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Ediytor: Novira