Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sunyoto, kakek berusia 69 tahun ini mungkin menjadi satu-satunya seniman alat musik rinding yang masih tersisa di Tulungagung. Warga Desa Joho, Kecamatan Kalidawir ini terus berupaya menghindari fosilisasi musik rinding yang mulai langka.
Bukan perkara mudah untuk bertemu dengan musisi sekaligus perajin alat musik rinding satu-satunya di Tulungagung ini. Butuh waktu kurang lebih satu jam perjalanan dari pusat kota hingga sampai ke rumah Sunyoto.
Selain jarak yang cukup jauh, medan yang harus dilalui bisa dibilang cukup ekstrem. Bahkan, ketika sudah hampir sampai di rumahnya, reporter Bacaini.id masih harus meminta pertolongan dari warga setempat.
Rata-rata penduduk memang memodifikasi sepeda motornya untuk menyesuaikan medan yang harus mereka lalui saat menjalani rutinitas sehari-hari. Setelah melalui jalan berlumpur dengan bebatuan yang semakin membuat jalan itu menjadi licin, akhirnya sampailah di kediaman Sunyoto.
Pria yang rambutnya mulai beruban itu menceritakan awal mula dia mengenal alat musik rinding. Semua itu bermula ketika dia masih berusia sembilan tahun. Saat itu ada salah satu tetangganya yang berasal dari Banyuwangi memiliki alat musik rinding.
Merasa tertarik, akhirnya dia mulai belajar bersama tetangganya itu. Hanya dalam waktu tiga bulan, Sunyoto kecil sudah mahir membuat, memainkan hingga mengolah nada pada alat musik rinding
“Waktu itu belajarnya sama beberapa teman juga, tapi ternyata yang bisa membuat dan memainkan alat musik rinding hanya saya,” kata Sunyoto yang akrab disapa Amat kepada Bacaini.id, Sabtu, 7 Mei 2022.
Saat ini, dalam waktu satu hari, Amat masih bisa membuat tiga sampai empat buah alat musik berbahan dasar bambu itu. Kegiatan itu dilakukannya sambil bersantai. Dia juga mengaku membuat alat musik rinding untuk bisa terus melestarikan tanpa berniat untuk mengkomersilkannya.
“Rinding yang saya buat ini tidak saya jual. Saya lebih senang memberikannya pada anak-anak dan saya ajari cara membuat dan memainkannya, kalau mereka mau,” akunya.
Dalam beberapa kesempatan, Amat juga pernah diundang untuk memainkan rinding pada acara pentas musik tradisonal ataupun modern. Menurutnya, rinding merupakan alat musik yang bisa dimainkan bersama dengan berbagai macam alat musik lain.
“Alat musik rinding memang sangat fleksibel, bisa dimainkan dalam aliran musik tradisional dan juga modern,” ujarnya.
Dijelaskannya, alat musik rinding sudah ada sejak ratusan tahun silam. Meski begitu, di setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti halnya alat musik rinding buatan Amat yang memiliki suara khas yang tidak bisa ditemukan pada alat musik rinding lainya.
“Kalau kata para seniman musik, alat musik rinding yang saya buat memiliki nada yang berbeda dengan alat musik rinding di luar Tulungagung,” kata Amat.
Lebih lanjut, pria kelahiran tahun 1951 ini mengungkapkan bahwa suatu ketika dia pernah berhenti untuk memainkan dan membuat alat musik rinding. Keputusan itu diambil saat dia merasa tidak mendapat apa-apa dari apa yang dilakukannya.
“Pernah merasa sia-sia lah istilahnya, tapi akhirnya saya sadar sendiri kalau itu salah. Musik rinding ini banyak gunanya, makanya saya bertahan agar alat musik ini tidak terlupakan dan bisa diteruskan oleh generasi selanjutnya. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya,” tandasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira