Bacaini,id. JOMBANG – MotoGP Mandalika menjadi kebanggaan juga berkah bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya motor Marc Marquez dkk yang melesat di sirkuit balap, rejeki dari ajang internasional ini juga melesat ke Jombang.
Jelang MotoGP Mandalika, yang akan berlangsung pada 18 Maret 2022 besok membuat perajin manik-manik kaca di Desa Plumbongambang, Kecamatan Gudo, Jombang banjir orderan. Salah satu perajin, Ani Arumi mengatakan dalam beberapa hari terakhir permintaan pesanan semakin meningkat.
“Peningkatannya sampai 30 persen. Yang paling banyak diminta itu jenis kalung dan gelang etnik,” kata Ani kepada Bacaini.id, Rabu, 17 Maret 2022.
Menurut Ani, kedua jenis hasil kerajinan dari manik-manik kaca ini menjadi perburuan wisatawan asing yang biasa belanja di Pulau Bali. Saat ini, sebagian produk usahanya itu juga diboyong ke Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat untuk dipasarkan ke lokasi pertunjukan balap motor.
Praktis, setelah terhantam pandemi Covid 19, kini para perajin kembali meningkatkan produksinya. Usaha perajin manik-manik kaca di Kota Santri ini pun kembali menggeliat.
“Alhamdulillah usaha manik-manik di desa kami kembali bangkit, apalagi ada MotoGP itu,” ujarnya dengan raut wajah bahagia.
Selama pandemi, lanjut Ani, hampir semua perajin di desa ini terpukul dan tidak bisa berproduksi. Pasalnya, perajin yang biasa mengandalkan pasar Eropa terkendala lockdown yang diberlakukan di sejumlah wilayah di Indonesia. Dampaknya produksi seluruh perajin hanya tertahan di pasar lokal.
“Ajang seperti MotoGP Mandalika ini kembali meningkatkan produksi kami lagi,” imbuhnya.
Ani menyebutkan dari ratusan jenis dan ukuran manik-manik produksi perajin, saat ini yang tinggi permintaannya adalah jenis kalung etnik sederhana dengan ukuran sedang. Untuk harga, di showroom perajin dijual dengan harga Rp 15 ribu. Namun di Bali dan di lokasi pertunjukan balap motor kelas internasional bisa laku hingga lebih dari Rp 50 ribu.
“Selain kalung dan gelang, ada juga gantungan kunci yang biasa dijual dengan harga Rp 15-20 ribu. Tapi di sana bisa laku dengan harga lebih tinggi hingga dua kali lipat,” tandasnya.
Kepala Desa Plumbongambang, Nur Wahid mengatakan bahwa desa yang berada di perbatasan Jombang – Kediri ini memang menjadi sentra usaha kerajinan manik-manik berbahan limbah kaca.
Limbah yang sudah disuplay oleh sejumlah suplayer dilebur dari kaca batangan menyerupai lidi yang kemudian dipanaskan lagi dan dibentuk menjadi butiran kaca yang biasa digunakan untuk kalung dan gelang.
Menurut Wahid, even penting kelas dunia memang bisa menjadi pendorong perekonomian warga perajin di desa yang dipimpinnya. Pasalnya selama ini pasar dominan dari usaha warganya adalah pasar internasional.
“Pasar utamanya memang internasional, bisa langsung kirim ke pemesan luar negeri lewat buyer yang ada di Bali,” terang Wahid.
Untuk kembali mendorong gairah perajin manik-manik, pihak desa saat ini tengah mengajukan pengembangan desa menjadi desa devisa. Pasar internasional yang menjadi pasar manik-manik kaca bisa menjadi andalan warga untuk terus berkembang.
“Semoga bisa segera terealisasi menjadi desa devisa,” ujarnya optimis.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira