Sebagai kawasan terpencil, kehidupan di Pulau Kangean tentu berbeda dengan saudara mereka di Sumenep. Bagaimana kondisi masyarakat di sana? Simak laporan perjalanan Reporter Bacaini.id, Rusdi, yang menjelajahi Pulau Kangean berikut ini.
Bacaini.id, KANGEAN SUMENEP- Pulau Kangean adalah salah satu pulau terbesar di Kabupaten Sumenep, Madura. Pulau itu berjarak 160 Kilometer dari daratan Sumenep, yang dihuni 87.000 jiwa di 27 desa.
Satu-satunya alat transportasi menuju Pulau Kangean adalah kapal laut. Itupun cukup terbatas dengan durasi operasi 2-3 kali dalam seminggu, terdiri dari satu kapal Ekspress berukuran sedang dan satu kapal besar yang mengangkut barang.
Butuh waktu hingga 8 jam perjalanan laut untuk menyeberang dari pelabuhan Kalianget menuju Pulau Kangean menggunakan kapal besar. Namun jarak tempuh itu bisa dipersingkat 4 jam jika memilih kapal Ekspress, dengan budget lebih mahal.
Untuk saat ini, ombak laut di perairan tersebut masih cukup tenang. Namun tak banyak pemandangan laut yang bisa dinikmati dari rute tersebut. Meski tergolong nyaman dan tenang, namun tak sedikit penumpang kapal yang pusing dan mabuk berada di atas kapal berjam-jam.
Perasaan lega muncul saat perlahan kapal mulai bersandar kapal di Pulau Kangean. Dari sini suasana desa di pesisir pantai langsung terlihat. Tak banyak berbeda dengan desa-desa di Sumenep. Uniknya, warga di sini tidak menggunakan Bahasa Madura dalam keseharian mereka. Mereka menggunakan Bahasa Mandar atau Bahasa Bajo dalam percakapan sehari-hari.
baca ini Memprihatinkan Daerah Ini Seperti Bukan Jawa Timur
Dari tempat ini masih dilanjutkan perjalanan darat menuju penginapan di Desa Arjasa, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean. Deretan bukit berbatu di tengah hamparan sawaj menjadi pemandangan asyik menuju Arjasa. Persawahan di sana cukup luas, dengan komoditas jagung dan kacang tanah.
Masyarakat juga beternak ayam, kambing, sapi, dan kerbau yang berseliweran di sepanjang jalan. Potensi alam di Pulau Kangean memang luar biasa. Termasuk hasil tangkap laut yang sangat menonjol. Namun sayangnya, sebagian penduduk justru merantau ke kota besar dan luar negeri sebagai buruh migran.
Bisa jadi hal itu dilatarbelakangi kehidupan masyarakat yang serba terbatas, terutama pelayanan dasar seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, pengurusan administrasi kependudukan (adminduk), moda transportasi, aliran listrik, jaringan telepon, serta infrastruktur jalan yang sering dikeluhkan warga. “Orang kepulauan selalu dianak tirikan (pemerintah),” kata salah satu warga mengungkapkan kondisinya.
Pernyataan itu tak berlebihan. Fasilitas pelayanan utamanya kesehatan di Pulau Kangean memang memprihatinkan. Bahkan persalinan bayi dengan kondisi darurat harus menunggu jadwal kapal berlayar untuk merujuk ke rumah sakit Sumenep. “Akhirnya ibu itu melahirkan di atas kapal,” lanjut warga tersebut.
Rupanya peristiwa melahirkan di atas kapal bukan hal baru bagi warga setempat. Tak jarang terjadi kasus kematian ibu dan anak jika kondisinya benar-benar gawat.
“Nyebrang ke Sumenep saja butuh waktu sekitar 8 jam, itu kalau pasien bisa tertolong di rumah sakit. Kalau kepalang ada yang meninggal di atas kapal karena jarak tempuhnya jauh. Warga di sini sering melahirkan di atas kapal,” kata Kepala Desa Kalisangkah Pulau Kangean, Ainur Ridho saat curhat kepada anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Mathur Husyairi, Senin 1 November 2021.
Dia meminta dukungan Mathur untuk memperjuangkan anak-anak Pulau Kangean mendapat pendidikan di bidang medis. Jika ada satu atau dua dokter yang merupakan penduduk Pulau Kangean, akan membantu kondisi kesehatan warga di sana.
Mendengar cerita itu, Mathur berjanji akan membawa persoalan itu ke rapat Komisi E yang bermitra dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. termasuk mencari solusi atas keterbatasan tenaga medis dan dokter spesialis di sana.
“Persoalan kesehatan ini juga pekerjaan rumah bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Kami akan mencoba komunikasi dengan kampus yang memiliki fakultas kedokteran, agar pelajar di sini bisa menjadi dokter spesialis. Lebih beruntung bila ada jalur beasiswa,” kata Mathur.(bersambung)
Comments 1