Bacaini.id, KEDIRI – Budaya Jawa tak bisa dilepaskan dari tradisi. Salah satunya adalah tradisi menyimpan dan memakai keris yang merupakan peninggalan leluhur.
Di kawasan Setono Gedong Gang 4, Kecamatan Kota, Kediri, terdapat seorang perajin warangka (sarung) keris yang masih bertahan hingga sekarang. Dia adalah Yoyok Soexmantyono, pemilik bengkel Wrongko Keris Setono Ndalem Tosan Aji.
Menjadi perajin warangka keris bukan sekedar pekerjaan bagi Yoyok. Dia juga meneruskan warisan leluhur dengan berbagi ilmu kepada orang lain. Ilmu membuat warangka keris ini diajarjan oleh canggah hingga bapaknya. Sepeninggal bapaknya tahun 2002 silam, Yoyok dan kakaknya meneruskan profesi itu.
“Warangka keris adalah wadah atau sarung penutup keris yang terbuat dari bahan kayu ataupun logam,” kata Yoyok memulai kisahnya kepada Bacaini.id, Jumat 3 September 2021.
Warangka dalam istilah Jawa sering disebut ageman atau rasukan yang mengikuti model mataram, babelan dan juga ladrang. Salah satu keistimewaan dari warangka keris yang dibuat Yoyok adalah memunculkan motif gambar.
“Istilahnya memunculkan pamor keris maupun motif gambar. Misalnya motif bunga mawar yang mengandung sugesti, tergantung bagaimana tradisi memaknainya,” imbuhnya.

Seni warangka keris tidak bisa dibuat asal-asalan. Ada hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan leluhur dan tak bisa diabaikan.
Bahkan, sejumlah orang percaya jika warangka keris akan lebih cepat rusak jika terkena tiga hal berikut. Yakni terjadi kemelut atau kekacauan, terjadi prahara, dan munculnya penyakit atau sifat dari manusia itu sendiri.
Warangka yang dibuat Yoyok dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Pelanggannya juga merupakan pelanggan bapaknya yang masih setia menggunakan jasa Wrongko Keris Setono Ndalem Tosan Aji.
Karena pembuatannya yang rumit, harga warangka yang dijual juga bervariasi, mulai dari Rp 1 – 3 juta per buah. “Proses pengerjaannya sekitar dua minggu. Terkadang yang menjadi kendala bahan kayunya, banyak yang minta bahan kayu cendana timor yang sekarang cukup langka,” paparnya.
Tidak hanya memiliki keahlian membuat warangka keris, laki-laki 47 tahun ini juga seorang ahli jamasan keris atau orang yang ahli dalam perawatan keris. Untuk jamasan hanya dilakukan pada bulan Suro.
Pesanan warangka keris banyak datang dari relasi luar kota. Seperti Tulungagung, Jogjakarta, Jakarta, dan Bali. Tak jarang Yoyok diundang ke luar kota untuk melakukan jamasan keris.
Dia tak tahu sampai kapan akan menggeluti pekerjaan ini. Yoyok hanya berharap anak cucunya bisa menjadi penerus merawat tradisi ini.
Penulis: Tiza, Dila, Ain
Editor: Novira Kharisma
Tonton video: