Bacaini.id, KEDIRI – Hingga 13 Juli 2021, wabah Covid 19 sudah merenggut 67.355 jiwa di Indonesia. Namun jumlah warga yang berhasil sembuh dari virus mematikan ini jauh lebih besar. Ini adalah harapan besar bagi kita semua untuk bisa melewati masa sulit dengan selamat. Indonesia akan baik-baik saja.
Untuk membangun optimisme bersama, Bacaini.id menurunkan laporan tentang kisah para penyintas Covid 19 melawan maut. Mereka adalah orang-orang kuat yang menolak tunduk pada virus.
————————
Andhika Dwi tak pernah menduga dirinya akan terpapar Covid 19. Virus yang dia tulis sejak Maret 2020 sebagai jurnalis media online Detik.com.
Di kalangan pekerja media di Kediri, Andhika paling taat menjalankan protokol kesehatan. Bermasker ganda dan menenteng hand sanitizer menjadi prosedur utamanya saat melakukan tugas jurnalistik di lapangan.
“Bahkan peralatan kerja hingga meja kursi yang akan saya tempati selalu saya semprot desinfektan. Saya lumayan paranoid dengan virus ini,” terang Andhika kepada Bacaini.id, Selasa 13 Juli 2021.
Tak jelas siapa yang menularinya, upaya keras Andhika melawan Corona runtuh ketika dirinya dinyatakan positif pada awal Februari 2021. “Kaget dan tidak percaya. Teman dan tetangga juga kaget saya bisa terkena,” kenangnya.
Kabar buruk itu dia terima usai memeriksaan diri di sebuah laboratorium di Kediri. Andhika memutuskan melakukan tes usap antigen lantaran anak dan istrinya mengalami batuk dan demam ringan. Hasilnya, Andhika dan seluruh anggota keluarganya dinyatakan positif terpapar Covid 19.
Untuk sesaat ayah dua anak ini tak bisa berpikir. Dia menerima hasil swab dengan kalut, tak tahu harus berbuat apa. Pengetahuannya tentang Covid 19 yang diperoleh saat liputan mendadak lenyap berganti ketakutan dan kecemasan. “Anak saya masih kecil-kecil, saya takut mati,” katanya.
baca ini Mereka Yang Lolos Dari Incaran Corona (2)
Entah mengapa Andhika yang merasa tubuhnya baik-baik saja sebelum melakukan swab, mendadak drop. Demam dan diare mendera seiring makin lemahnya kekuatan fisiknya. Andhika menduga dirinya mengalami kecemasan berlebihan hingga membuat tubuhnya ambruk.
Butuh kekuatan besar untuk menyampaikan kabar tersebut kepada keluarga besar dan tetangganya di Desa Jongbiru, Kecamatan Gamprengrejo, Kabupaten Kediri. Sebab stigma Covid sebagai penyakit kutukan masih melekat di masyarakat. Selain kesakitan yang dialami, perilaku sosial yang menjaga jarak dengan para penderita Covid 19 menambah beban psikilogis.
“Saya putuskan untuk memberitahukan penyakit ini, meski sebenarnya saya bisa menyembunyikan,” kata Andhika yang mengontak perangkat desanya. Dia tak ingin menulari tetangga, sebelum menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari.
Berdiam diri rumah bagi seorang Andhika yang terbiasa bekerja di jalan adalah siksaan. Belum lagi kecemasan akan resiko buruk yang terjadi pada mereka akibat virus yang menyerang. Alhasil hari-hari menjalani isolasi mandiri dilalui dengan sangat tidak nyaman.
Emosinya naik turun. Tak jelas ujung pangkalnya tiba-tiba emosi Andhika tersulut. Usai marah, esoknya tubuhnya menjadi lemah dan drop. Begitu seterusnya. “Sampai saya sadar bahwa menghadapi Covid harus tenang,” ujarnya.
Belum lama menguasai diri, Andhika kembali didera kabar buruk. Ibu dan kedua kakaknya terpapar penyakit yang sama. Padahal mereka tidak tinggal serumah. Dia menduga ibu dan kakaknya tertular saat dirinya bersama anak dan istri bermain ke tempat mereka, ketika belum menyadari jika terpapar Covid 19.
“Satu minggu melakukan isolasi di rumah, kondisi ibu dan kakak saya drop dan harus dirawat di rumah sakit. Dua hari berikutnya kondisi ibu saya kritis dan akhirnya meninggal dunia,” kaat Andhika.
Dia benar-benar terpukul. Marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi keluarga dan orang tua satu-satunya dari virus yang dia bawa.
Momentun itu sekaligus menjadi titik balik Andhika untuk memutuskan membantu para penyintas Covid dengan menyumbangkan plasma konvalesen. Meski harus kehilangan ibunya, dia masih bersyukur diberi kesempatan sembuh dari incaran maut corona.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: