Bacaini.ID, KEDIRI – Cemburu dalam bahasa puisi sering diperumpamakan dengan penyedap rasa dalam sebuah hubungan romantis.
Perasaan cemburu bisa menunjukkan adanya rasa takut kehilangan, rasa cinta yang terlalu dalam, juga perhatian yang intens.
Namun beda cerita jika yang terjadi adalah cemburu buta yang justru berpotensi memberantakkan hubungan.
Berikut ini tanda seseorang mengalami cemburu buta pada pasangan, yang berpotensi menjadi sinyal rusaknya sebuah hubungan.
Mengekang
Perilaku mengekang bisa berupa memeriksa ponsel pasangan dengan detail, terkesan menginterogasi.
Melarang pasangan beraktivitas tanpa dirinya, bahkan melakukan seleksi pertemanan dengan ketat.
Pasangan menjadi tidak memiliki kebebasan untuk bersosialisasi dan melakukan kegiatan pribadi, seperti aktif di media sosial misalnya.
Hidup penuh aturan dan larangan ini akan membuat hubungan menjadi selalu tegang dan penuh ketakutan.
Isolasi
Rasa cemburu bisa membuat seseorang melakukan tindakan isolasi pada pasangannya.
Menjauhkan pasangan dari teman, keluarga dan kolega hanya karena tidak ingin perhatian pasangan terbagi pada hal lain.
Cemburu buta seperti ini membuat seseorang akan merasa diasingkan dari dunia luar dan justru timbul keinginan untuk mengakhiri hubungan.
Posesif berlebihan
Sikap posesif yang berlebihan mengakibatkan seseorang memiliki keinginan kuat untuk terlibat dalam setiap aspek kehidupan pasangannya.
Sifat posesif ini sebenarnya adalah wujud dari ketidakyakinan pada hubungan yang dibangun.
Perilaku menguntit
Memata-matai kemanapun pasangannya pergi. Ini merupakan manifestasi kecemburuan yang parah dan berbahaya.
Perilaku menguntit ini banyak terjadi pada kasus-kasus kecemburuan yang menjadi ekstrem dan tidak sehat.
Tuduhan perselingkuhan
Menyampaikan tuduhan perselingkuhan merupakan tanda umum kecemburuan pada pasangan.
Kecemburuan sering kali membuat seseorang menjadi terlalu curiga dan mempertanyakan kesetiaan pasangannya, bahkan saat tidak ada bukti nyata perselingkuhan.
Manipulasi emosional
Ketika seseorang merasa cemburu dan tidak aman dalam suatu hubungan, mereka mungkin menggunakan taktik manipulatif untuk mengendalikan perilaku pasangannya.
Hal ini dilakukan untuk mempertahankan rasa aman mereka sendiri, atau memenuhi kebutuhan emosional mereka.
Manipulasi emosional ini bisa berupa tindakan playing victim, menyalahkan pasangan atas kegagalan emosional mereka sendiri.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif