Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sebanyak 18 desa di Tulungagung hingga kini belum terjangkau sinyal (blank spot). Akibatnya, masyarakat kesulitan mengakses informasi, apalagi kebijakan sekolah daring bagi pelajar.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Tulungagung, Samrotul Fuad mengatakan 18 desa yang belum terjangkau jaringan telekomunikasi atau blank spot tersebut tersebar di tujuh kecamatan. Rata-rata wilayah yang masuk blank spot berada di dataran tinggi.
Berdasarkan data Diskominfo desa yang masuk blank spot diantaranya; Desa Babadan Kecamatan Karangrejo, Desa Pucanglaban Kecamatan Kauman, Desa Wonorejo, Penjor, Kradinan, Pagerwojo Kecamatan Pagerwojo, Desa Kedoyo Kecamatan Sendang, Desa Keboireng, Besuki Kecamatan Besuki, Desa Ngrejo, Ngepoh, Tenggarejo, Pakisrejo Kecamatan Tanggunggunung, Desa Panggungkalak, Sumberbendo, Kaligentong, Manding, Panggunguni Kecamatan Pucanglaban.
“Tapi blak spot itu tidak terjadi di seluruh desa, melainkan berbasis RT dan di lokasi tertentu. Jadi masih ada beberapa tempat yang terakses sinyal meski masuk wilayah blank spot,” paparnya.
Fuad menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan belasan desa di Tulungagung masuk dalam blank spot. Yakni, faktor geografis dan faktor bisnis. Rata-rata wilayah yang berada di pegunungan memang sulit dijangkau oleh sinyal.
“Selain itu, wilayah yang kini masuk blank spot yang minim minat pengusaha untuk mengembangkan bisanis di wilayah itu. Karena pengusaha menilai wilayah tersebut tidak menguntungkan untuk bisnis,” ujarnya.
Menurutnya, permasalahan blank spot tentu sangat berpengaruh pada masyarakat. Seperti saat ini, dimana pemerintah tengah memberlakukan kebijkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kepada siswa. Tentu saja siswa akan kesulitan, karena tidak sinyal untuk mengakses internet.
“Tapi selama ini kami belum berkoordinasi dengan dinas terkait tentang PJJ siswa yang berasal dari wilayah blank spot,” ungkapnya.
Fuad akan berupaya bekerjasama dengan provider agar program internet masuk desa dapat terealisasi. Dalam hal ini pihaknya akan memberikan rekomendasi penambahan menara provider.
“Jadi bukan kami yang mendirikan menara, tapi provider,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu warga Desa Pagerwojo, Yulianti mengungkapkan tidak adanya sinyal membuatnya kesulitan mengakses informasi. Bahkan untuk berkomunikasi menggunakan HP saja, dia harus mencari tempat yang sekiranya terdapat sinyal. Kondisi ini sudah terjadi sejak lama. Sampai saat ini, dia masih harus mondar-mandir mencari sinyal untuk megakses internet.
“Waduh apalagi kalau anak-anak saya sekolah online, pasti bingung sekali. Bahkan saya sampai ke kota agar anak saya bisa bersekolah. Karena saya sendiri juga belum tentu menguasai pelajaran mereka,” akunya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira