Bacaini.ID, BLITAR – Siapa bilang Soekarno senang diangkat menjadi Presiden Indonesia seumur hidup? Bung Karno tidak pernah meminta dan tidak pernah merasa bahagia.
Soekarno mengungkapkan hal itu saat berpidato dalam penutupan konferensi presidium dengan Catur Tunggal seluruh Indonesia pada 16 Maret 1964 di Istana Negara.
“Apakah aku pernah minta? Apa pernah aku mengemis untuk dijadikan presiden seumur hidup daripada Republik Indonesia itu? Tidak! Tidak!,” tegas Bung Karno dalam pidatonya seperti dikutip dari buku Gelora Konfrontasi Mengganyang Malaysia (1964).
Soekarno mengungkapkan penolakannya yang disaksikan Chaerul Saleh, Ketua MPRS yang juga Wakil Perdana Menteri. Bahkan ia menyampaikan langsung kepada Chaerul Saleh.
“Janganlah, janganlah aku ini diangkat atau diusulkan menjadi Presiden seumur hidup. Tetapi yah, MPRS yang mewakili seluruh rakyat Indonesia menetapkan, bahwa saya ini dijadikan Presiden Republik Indonesia seumur hidup, ialah karena rakyat Indonesia seluruhnya menganggap saya ini adalah penyambung lidah daripada rakyat Indonesia itu,” tambah Bung Karno.
Soekarno merupakan Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat sejak tahun 1945. Pengangkatan Bung Karno sebagai presiden seumur hidup berlangsung pada tahun 1963.
Pengangkatan itu melalui sidang MPRS dan tertuang dalam ketetapan MPRS No III/MPRS/1963. Berdasarkan berbagai sumber sejarah, pengangkatan Bung Karno sebagai Presiden seumur hidup sarat dengan kepentingan politik.
Usulan itu pertama kali datang dari Angkatan 45 setelah melihat dinamika politik yang terjadi. Ada kekhawatiran Bung Karno dijatuhkan di tengah jalan, baik oleh kubu PKI (Partai Komunis Indonesia) maupun TNI pada sisi lain.
Pada saat itu PKI tengah berada pada puncak kejayaanya. Bahkan di Pemilu Jakarta Raya perolehan suara PKI berhasil melampaui PNI dan NU. Ada kekhawatiran terjadi perang saudara jika PKI menang.
Kolonel Suhardiman, seorang perwira anti komunis mengusulkan pengangkatan Presiden seumur hidup dalam Sidang Umum MPRS Mei 1963 di Bandung. Usulan itu kemudian disepakati dan disampaikan Chaerul Saleh kepada Bung Karno.
Presiden Soekarno tentu saja menolak keras. Dalam otobiografi Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Bung Karno mengemukakan alasan penolakannya diangkat sebagai Presiden seumur hidup.
Ia khawatir penetapan menjadi Presiden seumur hidup itu akan mencoreng mukanya di dunia internasional lantaran dicap pemimpin yang tidak demokratis.
Namun sikap Bung Karno leleh oleh bujuk rayu Chaerul Saleh yang beralasan demi persatuan kesatuan, mencegah terjadinya perang saudara yang berpotensi besar akan muncul.
Pada sisi lain pengangkatan Presiden seumur hidup akan meniadakan pemilu yang khawatirnya PKI keluar sebagai pemenang. PKI diketahui berjaya di mana-mana, terutama di Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Timur.
Skenario Presiden seumur hidup untuk menghadang laju PKI menang pemilu berhasil dijalankan, namun dua tahun kemudian meletus peristiwa 30 September 1965 atau G30SPKI yang melengserkan kekuasaan Bung Karno.
Penulis: Solichan Arif