• Login
  • Register
Bacaini.id
  • Beranda
  • Baca
  • Sosok
  • Kiblat
  • Keren
  • Opini
  • Inforial
  • Urban Legend
  • Pemilu
  • Baca Hukum
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Baca
  • Sosok
  • Kiblat
  • Keren
  • Opini
  • Inforial
  • Urban Legend
  • Pemilu
  • Baca Hukum
No Result
View All Result
Bacaini.id

Kisah Dipenggalnya Kepala Maling Gentiri, Upaya Belanda Menjauhkan Pemimpin dari Rakyatnya

ditulis oleh Editor
Tuesday, October 24th, 2023
Durasi baca: 4 menit
0
Kisah Dipenggalnya Kepala Maling Gentiri, Upaya Belanda Menjauhkan Pemimpin dari Rakyatnya

Kisah dipenggalnya kepala Maling Gentiri Kediri, pesan Belanda memisahkan pemimpin dari rakyat . (foto/ist)

Bacaini.id, KEDIRI – Kisah Maling Gentiri atau Ki Boncolono di alam fikiran masyarakat Kediri Jawa Timur hidup di antara batas fakta dan fiksi. Sepak terjang Maling Gentiri muncul di tengah situasi penindasan rakyat oleh kolonial Belanda bertengger di puncak.

Antek-antek kompeni Belanda diusiknya. Pengiriman barang-barang milik Belanda dijarahnya. Rumah-rumah para demang, priyayi dan orang-orang kaya yang menjadi kaki tangan Belanda, disatroninya.  

Maling Gentiri hadir di tengah kesibukan pemerintah kolonial Hindia Belanda menerapkan sistem tanam paksa. Belanda sedang sibuk menstabilkan kas negara yang berdarah-darah pasca Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830).  

Bacaini :Heboh Penampakan Buaya di Sungai Brantas, BPBD Lakukan Penyisiran

Kas yang bangkrut itu berusaha diisi dengan cara yang cepat, yakni tanam paksa. Sistem tanam paksa membuka perkebunan kopi, teh, tembakau seluas-luasnya. Kemudian juga membangun jalan kereta api dan jembatan sebagai akses utama.

Praktik tanam paksa berlangsung menindas. Hak-hak petani dan buruh perkebunan yang sebagian besar orang-orang pribumi, dirampas. Rakyat jelata diperlakukan dengan semena-mena.

Dilansir dari buku Wali Berandal Tanah Jawa, Maling Gentiri yang murka dengan itu semua melawan dengan caranya sendiri. Di tengah situasi penindasan ia juga melihat betapa ketimpangan gaji priyayi dan upah buruh begitu parah.

Bacaini :Ada 5 Ekor Buaya Yang Berkeliaran di Sungai Brantas

Pada tahun 1891seorang bupati menerima gaji f600 sebulan. Penewu dan mantri masing-masing menerima f50 dan f35. Selain gaji, bupati masih menerima tanah apanage. Sementara buruh hanya diupah 12,5 sen dan diberi makan sekali.

Situasi yang mendorong berandal budiman memutuskan untuk melawan.  “Wong cilik hanya makan nasi dan lauk gereh dan uang pun tidak pernah ada di tangan,” demikian yang tertulis dalam Bandit-bandit Pedesaan di Jawa, Studi Historis 1850-1942 (1993).  

Sebagai fakta, jejak Maling Gentiri ditemukan di atas bukit Maskumambang Kota Kediri. Sebuah situs di atas bukit diyakini sebagai makam Maling Gentiri. Sejak tahun 2004, akses menuju situs dibangun, yakni diubah menjadi jalan beton.

Ada sebanyak 555 anak tangga lengkap dengan pegangan besi panjang hingga ke puncak bukit. Sebuah prasasti terlihat di sebelah gapura pintu masuk. Prasasti yang ada merupakan peringatan penyerahan situs Maling Gentiri kepada Pemerintah Kota Kediri.

Dalam Wali Berandal Tanah Jawa, Japto Soerjosoemarno selaku kepala keluarga besar Maling Gentiri, menandatangani prasasti itu. Japto merupakan petinggi ormas Pemuda Pancasila (PP).

“Pak Japto adalah keturunan Boncolono angkatan ketujuh,” ujar Heri Suworo juru kunci situs Maling Gentiri seperti dikutip dari Wali Berandal Tanah Jawa.

Maling Gentiri dicintai rakyat jelata, khususnya di Kediri. Ia tidak pernah bernafsu menguasai hasil jarahannya. Sebagian besar harta benda para antek kompeni Belanda ia bagi-bagikan kepada rakyat jelata yang tertindas.  

Yang dilakukan Maling Gentiri serupa dengan aksi penjarahan Maling Aguno di Blitar, Maling Cluring di Jombang, dan Berandal Lokajaya di Tuban. Serupa juga dengan Robin Hood di Inggris, Diego Carrientes di Spanyol atau Janosik di Slovakia.

Aksi perbanditan Maling Gentiri merupakan resistensi terhadap kemiskinan, tekanan pajak, kerja wajib dan tekanan sosio politik. Meski cukup meresahkan kaki tangan kompeni, aksi Maling Gentiri digolongkan resistensi individu.

Dikutip dari Perlawanan Kaum Tani, yang dilakukan Maling Gentiri atau maling budiman itu tidak memiliki organisasi formal. Aksi yang dilakukan hanya sebatas mengusik.  “Mereka tidak mempunyai pendukung yang secara terbuka bersedia memikul tanggung jawabnya”.    

Kendati demikian gangguan ekonomi yang berlangsung berkali-kali itu pada akhirnya membuat kompeni Belanda jengkel dan merasa terganggu. Belanda kemudian memutuskan  untuk mengakhiri sepak terjang Maling Gentiri.

Namun meringkus Maling Gentiri bukan pekerjaan yang mudah, apalagi membunuhnya. Konon, ajian rawa rontek atau pancasona melindunginya dari ajal. Setiap dibunuh, Maling Gentiri tiba-tiba hidup kembali ketika bagian tubuhnya menyentuh tanah.

Kompeni Belanda penasaran. Dengan tawaran hadiah yang menggiurkan, dikumpulkannya para jawara pribumi, guna mencari tahu rahasia kematian Maling Gentiri, dan terungkap. Maling Gentiri bisa mati asal kepala dan badannya dipisah, yakni diletakkan di tempat berbeda yang dipisahkan oleh Sungai Brantas.

“Situs di atas bukit Maskumambang diyakini sebagai makam tubuh Maling Gentiri,” demikian cerita yang diyakini masyarakat Kediri.

Lantas di mana kepala Maling Gentiri diletakkan? Sebuah tempat di jalan Joyoboyo Kota Kediri. Lokasi yang berada pada sisi timur Sungai Branta situ diyakini sebagai makam kepala Maling Gentiri. Masyarakat Kediri menyebut situs itu dengan nama Punden Ringin Sirah.

Serupa dengan situs di bukit Maskumambang yang berada di barat Sungai Brantas. Pada hari-hari tertentu banyak peziarah yang mendatanginya, dan itu terus berlangsung hingga sekarang.

Dalam Wali Berandal Tanah Jawa disebutkan, pemisahan kepala dan tubuh Maling Gentiri merupakan simbol dari cara kolonial Belanda melumpuhkan perlawanan rakyat, yakni khususnya di Kediri.

Saat Belanda memenggal kepala Maling Gentiri dan kemudian menanamnya di dua tempat yang dipisahkan Sungai Brantas, diterjemahkan seolah-olah telah memisahkan pemimpin rakyat (kepala) dari pengikutnya (badan). “Dengan cara begitu mereka melumpuhkan rakyat Indonesia”.

Penulis: Solichan Arif  

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: Ki Boncolonokolonial Belandamaling budimanmaling gentirimaskumambangringin sirahsungai brantas
ShareTweetSendTweet

Related Posts

Sultan Nganjuk Beli Pesawat Untuk Pajangan, Intip Bisnis Bangkai Pesawat
Baca

Menhub Targetkan Bandara Dhoho Kediri Beroperasi Awal 2024

Bacaini.id, KEDIRI - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan Bandara Dhoho Kediri akan beroperasi pada awal tahun 2024 mendatang. Hal...

Baca ini..
Tersangka Korupsi Gamelan Tulungagung Resmi Ditahan dan Diserahkan ke Pengadilan Tipikor Surabaya

Tersangka Korupsi Gamelan Tulungagung Resmi Ditahan dan Diserahkan ke Pengadilan Tipikor Surabaya

Tak Ada Kompensasi, Pemkot Kediri Minta PKL Bertahan di Tempat Relokasi

Tak Ada Kompensasi, Pemkot Kediri Minta PKL Bertahan di Tempat Relokasi

Bagi 500 Sertifikat Tanah di Bangkalan Madura, Raja Juli: Kado dari Presiden Jokowi

Bagi 500 Sertifikat Tanah di Bangkalan Madura, Raja Juli: Kado dari Presiden Jokowi

Terbaru

Hore! Pemkab Blitar Kucurkan Reward Atlet Porprov Awal 2024

Hore! Pemkab Blitar Kucurkan Reward Atlet Porprov Awal 2024

Tawon Vespa Ngamuk Sengat Balita di Jombang Sampai Tewas

Tawon Vespa Ngamuk Sengat Balita di Jombang Sampai Tewas

Siap Menangkan Prabowo-Gibran di Kediri, LMDH Barisan Bolone Mase Gelar Deklarasi

Siap Menangkan Prabowo-Gibran di Kediri, LMDH Barisan Bolone Mase Gelar Deklarasi

15 Pelaku UMKM Belajar Pengembangan Usaha ke Thailand

15 Pelaku UMKM Belajar Pengembangan Usaha ke Thailand

Kepemimpinan Bupati Mak Rini Antarkan Pemkab Blitar Banjir Prestasi

Kepemimpinan Bupati Mak Rini Antarkan Pemkab Blitar Banjir Prestasi



ADVERTISEMENT

Populer

  • Murah Banget, Tarif Wisata Alam di Jember Hanya 2 Ribu

    Murah Banget, Tarif Wisata Alam di Jember Hanya 2 Ribu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proyek Alun-Alun Kota Kediri Berhenti, Mirip RSUD Gambiran II

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga Nganjuk Temukan 2 Batu Besar Diduga Meteorit

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Terungkap, Pemkot Kediri Diam-diam Mengubah Desain Alun-alun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Filosofi Desain Alun-alun Kota Kediri, Kembali Sesuai Fungsinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0


Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan informasi dinamika masyarakat Jawa Timur. Mulai tentang Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Hukum, Pertahanan Keamanan, Hiburan, hingga Religiusitas sebagai sandaran vertikal manusia.

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi

© 2022 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi bacaini.id dilindungi undang-undang.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Baca
  • Sosok
  • Kiblat
  • Keren
  • Opini
  • Inforial
  • Urban Legend
  • Pemilu
  • Baca Hukum

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist