Bacaini.ID, KEDIRI – Ada satu lukisan Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah yang dibuat setelah melewati peristiwa spiritual di Hotel Samudera Beach Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Dalam buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan, Agus Dermawan T menyebut lukisan itu berukuran besar, menggambarkan sosok perempuan berpenampilan ratu, berbusana warna hijau gadung atau hijau pucat dengan hiasan sabuk emas berkilau.
Perempuan beraura mistis dengan mahkota di kepala dan rambut tergerai itu muncul dari samudera, dibersamai tujuh ekor kuda dengan langkah kaki berderap.
Dari sekian banyak karya Basoeki Abdullah bertema Nyi Roro Kidul, konon lukisan Nyi Roro Kidul dengan tujuh ekor kuda itu lah yang paling istimewa.
Bukan hanya lantaran digarap di Hotel Samudera Becah, hotel yang berkait erat dengan Penguasa Laut Selatan, utamanya kamar nomor 308 yang menghadap langsung ke laut.
Namun Basoeki Abdullah mengalami sebuah peristiwa spiritual. Sebelum melukis, ia tiba-tiba mendapat telepon dari seorang perempuan misterius.
Suara perempuan itu membuatnya beranjak dari kamar hotel dan menuntunnya berjalan menuju pinggir pantai.
Raden Basoeki Abdullah adalah pelukis kesayangan Bung Karno, yang diketahui lahir di Sriwedari Solo, 27 Januari 1915.
Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Raden Abdullah Suriosubroto dan Raden Ayu Sukarsih atau Raden Nganten Ngadisah.
Ayahnya seorang pelukis naturalis, putra dokter Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) dengan istri pertama, Freuiletau de Brtuyne alias Anna.
Ibu Basoeki Abdullah merupakan seniman batik yang berasal dari keluarga Kasunanan Solo.
Di pinggir pantai itu, Basoeki Abdullah beberapa saat berdiri mematung. Pandangannya mengarah pada laut selatan yang pagi itu masih berselimut kabut.
Seperti mendapat energi dari dimensi lain, ia kemudian kembali ke kamar hotel, melukis dan terciptalah lukisan Nyi Roro Kidul dengan tujuh ekor kuda.
Lukisan Basoeki Abdullah bertema Nyi Roro Kidul yang konon paling Istimewa itu kemudian dibeli oleh bos perusahaan rokok Gudang Garam (GG) Kediri.
“Dibeli oleh perusahaan rokok Gudang Garam, yang kemudian dipajang di kantor dengan penuh khidmat dan kehormatan,” tulis Agus Dermawan T dalam buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan.
Tjoa Ing Hwie alias Surya Wonowidjojo, pendiri Pabrik Rokok Gudang Garam Kediri konon pengagum lukisan Basoeki Abdullah, utamanya yang bertema Nyi Roro Kidul.
Surya Wonowidjojo tutup usia pada tahun 1985, pada usia 62 tahun. Lukisan Nyi Roro Kidul dengan tujuh ekor kuda Basoeki Abdullah merupakan pesanan terakhirnya.
Agus Dermawan T menyebut Basoeki Abdullah pada medio jelang tahun 1990 tiba-tiba ingin melihat kembali karyanya. Apalagi bagi seorang perupa, lukisan yang dibuat serupa anak rohani.
Ia bersama staffnya kemudian mengunjungi kantor Gudang Garam di Kediri. Di sebuah ruangan, Basoeki melihat karyanya yang berjumlah puluhan, dipajang dengan baik.
Namun ia tidak melihat lukisan Nyi Roro Kidul dengan tujuh ekor kuda itu. Jauh-jauh datang ke Kediri, perupa Basoeki Abdullah gagal melihat kembali anak rohaninya.
Entah alasan apa, pihak Gudang Garam Kediri tidak bersedia memperlihatkan lukisan yang konon istimewa itu kepada pelukisnya.
“Tetapi lukisan tentang Nyai (Nyi Roro Kidul dengan tujuh kuda) tetap tidak dikeluarkan,” tulis Agus Dermawan T dalam buku Basoeki Abdullah Sang Hanoman Keloyongan.
Penulis: Solichan Arif