Bacaini.id, SUMENEP – Berkecimpung dalam usaha batik khas Sumenep Madura Jawa Timur telah mendatangkan keuntungan besar. Omzet setiap bulannya bisa mencapai rata-rata puluhan juta.
Usaha batik tulis khas Sumenep juga tidak hanya bertujuan melestarikan budaya lokal, tapi juga mengurangi angka pengangguran. Begitulah yang terjadi di Desa Gingging, Kecamatan Bluto.
Pendirian UMKM batik pajjher pada tahun 2017, yakni batik khas Sumenep telah berimbas positif terhadap generasi muda.
“Cukup bermodalkan kesabaran dan ketelatenan. Meski di awal-awal ada pengrajin binaan saya belum begitu sempurna hasil batiknya, namun karya seni itu tetap mahal nilainya,” tutur owner batik pajjher Mohammad Tohari kepada bacaini.id Kamis (16/11/2023).
Usaha batik pajjher telah memanggil para pemuda Sumenep untuk pulang. Tidak sedikit pemuda yang sebelumnya merantau ke luar kota, dan bahkan mancanegara memutuskan beralih menjadi perajin sekaligus pedagang batik khas Sumenep.
Dimulai pada tahun 2017, usaha batik pajjher kian tahun mengalami peningkatan signifikan hingga kini mampu meraup omzet puluhan juta rupiah per bulan. Wajar saja jika perajin dan pengusaha batik di bawah binaan batik pajjher ini mencapai belasan pemuda.
Menurut Tohari seni melukis batik memiliki nilai yang tidak murah. Sejauh ini Sumenep memiliki produk seni andalan, yakni batik dan keris. Agar tetap bertahan dan Lestari, para pemuda telah dilibatkan. Hal itu yang membuat sebagian besar binaan batik pajjher adalah para anak muda.
“Para perajin batik rata-rata sudah masuk di usia senja. Kalau tidak ada regenerasi produk kesenian lokal ini, dikhawatirkan Sumenep akan kehilangan nilai tawar sebagai kabupaten yang khas akan seni dan nilai keindahannya,” jelasnya.
Kendati demikian Tohari mengaku mengalami kesulitan untuk mewariskan ilmu batik tulis pada anak muda. Apalagi kecenderungan anak muda saat ini membutuhkan sesuatu pencapaian yang mudah sekaligus cepat.
“Meskipun dalam prosesnya, untuk menjadikan pemuda sebagai pengrajin batik, tidak ujuk-ujuk jadi, tidak lantas ahli kalau belum banyak diuji. Anak muda perlu diajari telaten dan sabar untuk menghasilkan batik tulis yang berkualitas,” pungkasnya.
Penulis: Muh Iqbal
Editor: Solichan Arif