Bacaini.id, KEDIRI – Perang tanding antar sesama pesilat adalah salah satu metode pengajaran Gus Maksum kepada santrinya. Untuk menguji tingkat penguasaan jurus yang diajarkan, Gus Maksum meminta mereka untuk perang tanding. “Jadi itu semacam ujian,” kata Gus Bidin, keponakan Gus Maksum yang mewarisi ilmu pencak.
baca ini Gus Maksum Pendekar Rambut Api Dari Lirboyo
Ilmu pencak yang diajarkan Gus Maksum kepada santrinya tak main-main. Tidak sekedar meminta meniru gerakan, tetapi juga meminta santrinya mempraktikkan dalam pertarungan. Para santri diminta beradu jurus satu sama lain untuk mengevaluasi kemampuan mereka.
Selain mengukur ilmu kanuragan, perang tanding itu juga untuk mengetahui tingkat emosional dan kemampuan berpikir santri dalam kondisi genting.
baca ini Gus Maksum Menumpas PKI di Kediri
Hingga kini tradisi perang tanding ini masih dipertahankan oleh Gus Bidin sebagai pengajar silat yang menjadi ekstrakurikuler pendidikan pondok Lirboyo. Hanya saja, ajang pencak dor saat ini tak hanya dikhususkan untuk santri, tetapi terbuka lebar untuk masyarakat umum.
Dalam perkembangannya, tradisi pencak dor juga menjadi media untuk menyelesaikan urusan laki-laki secara sportif. Jika ada santri yang terlibat perselisihan karena berbagai persoalan, mereka bisa menggunakan ajang pencak dor untuk “baku pukul”.
baca ini Gus Maksum Kyainya Wong Cilik
Semua pendekar pencak bisa naik ke atas gelanggang untuk beradu silat dan saling menjatuhkan. Satu-satunya peraturan yang dibuat penyelenggara pertandingan adalah “di atas lawan di bawah kawan”. Artinya, tak boleh ada dendam di luar gelanggang meski sebelumnya terlibat adu jotos yang sangat keras. Itulah pencak yang diajarkan Gus Maksum.
Penulis: Hari Tri Wasono