KEDIRI – Bupati Kediri dr Hj Haryanti Sutrisno meresmikan empat pasar rakyat yang telah direvitalisasi menjadi pasar tradisional. Dengan perbaikan infrastruktur ini, diharapkan kunjungan masyarakat juga meningkat.
Bertempat di Pasar Gringging, Kecamatan Grogol, Bupati Haryanti Sutrisno meresmikan keempat pasar tersebut, Rabu 20 Januari 2021. “Revitalisasi pasar rakyat ini tanpa mengubah ciri khas pasar tradisional. Tidak banyak perbedaan, hanya perbaikan bangunan agar lebih nyaman,” kata Haryanti Sutrisno.
Perbedaan yang dimaksud adalah pembagian zonasi komoditas yang sejenis. Yakni dipisahkan antara zona basah dan kering untuk memudahkan proses jual beli di pasar. “Zona basah itu untuk penjual ayam, udang, daging dan yang lainya, tempatnya kita bedakan,” kata Bupati.
Tonton video Sambal Pecel Kediri Tembus Pasar Mancanegara
Selain menetapkan daerah atau zonasi, pasar baru yang ditempatkan di lahan yang cukup luas terasa lebih nyaman dengan sirkulasi udara lega. Meskai demikian, menurut Haryanti, pasar ini belum sesuai dengan prototipe dari Kementrian Perdagangan RI (Kemendag).
Prototipe dari Kemendag secara sulit diterapkan karena mengikuti keinginan para pedagang. Beberapa pedagang di pasar tidak mau jika harus mendapat tempat di atas jika bangunan pasar didirikan dengan dua lantai.
“Sudah ada pengalaman soalnya, di Kandangan itu ada, tetapi ketika mendapat tempat di lantai dua saat ploting undian, beberapa pedagang tidak mau, akhirnya malah berjualan di jalan,” jelas Haryanti.
baca ini Luapan Got Jalur Pasar Buah Sempat Tergenang Air
Untuk itu kebijakan diambil dengan memberikan fasilitas yang ada sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pedagang. Tetapi bukan berarti Pemkab Kediri berlawanan dengan kehendak Kementerian.
Haryanti juga menambahkan untuk penempatan pedagang sudah dilakukan pengundian secara acak dan sudah disepakati. Sistem belanja dengan tawar menawar berlaku di pasar rakyat sesuai ciri khas pasar tradisional. Selain itu revitalisasi ini sudah cukup menampung semua pedagang lama, bahkan ada sisa lahan yang masih bisa digunakan.
Haryanti menegaskan pasar rakyat adalah untuk kepentingan bersama, sehingga tidak ada yang boleh menjual dan menyewakan lapak yang ada. Pedagang juga tidak diperbolehkan memiliki lapak lebih dari satu. “Jangan sampai ada monopoli perdagangan,” tegasnya.
Empat pasar rakyat yang diresmikan pada masa pandemi ini adalah Pasar Kras, Pasar Bendo, Pasar Gringging dan Pasar Tiron. Diharapkan revitalisasi ini bisa mengerakkan perekonomian, terutama bagi pedagang di pasar. Tentu saja baik pedagang maupun pembeli harus tetap patuh protokol kesehatan ketat.
“Harapannya marketing bisa lebih luas dari yang ada saat ini, pasar lain juga akan kami revitalisasi secara bertahap tanpa mengubah sifat tradisional. Kita sudah tentukan skala prioritas,” pungkasnya.
Puji Waluyo, salah satu pedagang mengaku puas dengan peresmian pasar baru ini. Pedagang dari Pasar Kras ini mengatakan bangunan pasar yang ada di Kras sangat megah. “Sama dengan yang di sini, saya bangga dengan pasar baru ini, karena selain waktu pembangunan cukup cepat sekitar 7 bulan, jadinya juga sangat bagus,” ungkapnya.
Pedagang kain ini mengatakan sebelumnya pasar Kras berada di tanah lapang yang tidak memadai. Ketika musim hujan pasar selalu becek bahkan beberapa pedagang ataupun pembeli tidak jarang ada yang terpeleset karena licin.
Adanya pasar baru ini membuatnya lebih puas, karena sejak tahun 1968 pria ini sudah berjualan di pasar. Menurutnya, undian untuk tempat berdagang tidak menjadi masalah, karena setiap sudut dari pasar secara keseluruhan dikatakannya bagus dan memadai.
“Bangunannya bagus, tidak dipungut biaya sama sekali dan jarak lapak yang pas karena masa pandemi ini, tidak berdempetan, jadi tidak perlu khawatir,” tutup pria 67 tahun ini.
Reporter: Novira Kharisma
Editor: HTW